Dari seseorang bernama Mr. Surya
top management IT Departement perusahaan lamaku
saat undian LoVE (Leader on Value Enhancement)
meminta buah sudut pandangnya
beliau mengkisahkan ini di ujung penanya
dan menurut saya
"ini bacaan untuk orang indonesia"
untuk setiap pekerjaan yang kita lakukan
untuk setiap pekerjaan yang kita lakukan
Selamat membaca :)
Saya baru selesai check in di sebuah bandara di Kalimantan.
Karena masih banyak waktu sebelum boarding maka saya tidak langsung menuju ke
ruang tunggu. Saya lebih suka memilih duduk di jejeran kursi yang disediakan di
ruang check-in.
Dari kursi itu saya bisa memperhatikan orang-orang berlalu-lalang. Mereka
datang dari pintu gerbang. Lalu menuju ke meja petugas sambil membawa
barang-barang. Setelah semua barang dikemasi untuk m
Dari ratusan orang yang saya perhatikan, ada satu orang
yang menyita banyak perhatian. Orang itu bukan penumpang. Melainkan petugas
bandara yang sedang bekerja melayani mereka. Ada banyak orang yang bertugas.
Namun, mengapa hanya orang itu yang menyedot begitu banyak rasa ingin tahu
saya? Usianya tidak muda lagi. Mungkin sudah lebih dari lima puluh tahun.
Tubuhnya agak membungkuk. Posturnya tidak terlalu tinggi. Raut wajahnya jelas
sekali menunjukkan kalau bapak tua itu tidak memegang jabatan bergengsi.
Saya mengamati bahwa dia memperhatikan setiap calon
penumpang yang datang. Di antara mereka ada yang menggunakan jasa porter dan
banyak yang tidak. Beliau sendiri bukan porter karena tidak mengenakan seragam
porter. Bapak tua itu memakai seragam yang sama dengan petugas bandara lain,
lengkap dengan kartu identitas yang menggantung didadanya. Kemudian, saya
memperhatikan bahwa dia menandai calon penumpang yang sudah tua atau ibu-ibu
yang membawa banyak barang.
Lantas, apa yang dilakukannya kemudian? Setiap kali ada
calon penumpang lanjut usia, dia segera berlari dan membantu membawakan
barang-barang bawaannya. Demikian pula jika ada ibu-ibu yang kerepotan membawa
berbagai macam tas dan bungkusan. Beliau menghampiri, lalu membawa mereka ke
konter check-in
dan mengangkatkan barang-barang ke belt
setelah selesai lalu dia pergi meninggalkannya, kemudian mencari
calon penumpang lain yang akan diperlakukannya dengan cara yang sama.
Jika Anda berada dibandara dan tidak ingin menggunakan
jasa porter. Entah karena Anda masih bisa mengangkat barang sendiri atau memang
Anda sedang berhemat. Kemudian ada orang yang nyelonong mencoba membantu membawakan
barang-barang itu ketika check-in,
apakah Anda langsung menerimanya dengan lapang dada? Atau Anda menolaknya
karena mengira dia menginginkan uang Anda?
Percayalah, beberapa calon penumpang berusaha menolak dan
tak sedikit memandang dengan penuh curiga. Bahkan sekalipun dia sendiri
kerepotan membawa barang-barangnya sendirian. Namun, kebanyakan dari mereka
tidak bisa menolak usaha yang pak tua itu lakukan. Bisa Anda bayangkan betapa kesal
hati calon penumpang itu kepadanya.
Setelah selesai check-in,
mereka harus meralat penilaian buruknya kepada bapak berusia senja itu.
Ternyata setelah memberikan pertolongan itu, dia tidak meminta bayaran. Bahkan
dia sudah pergi mencari calon penumpang lain yang perlu bantuan, sebelum orang
yang dibantunya tadi menyadari kepergiannya.
Kemungkinan besar pekerjaan kita saat ini lebih baik
daripada pekerjaan pak tua dibandara itu. Namun, dalam soal dedikasi mungkin
kita perlu belajar banyak kepadanya. Bahkan ketika orang-orang yang dilayaninya
memandang dengan pikiran penuh kecurigaan, dia tetap menjalankan tugasnya untuk
memudahkan urusan mereka. Ketika selesai melayani seseorang, dia mencari orang
lain untuk dilayani. Dia tahu sebenarnya orang-orang itu membutuhkan
pertolongan. Namun, mereka memiliki alasan tersendiri untuk tidak meminta
bantuan. Dia juga tahu orang-orang itu tidak ingin mengeluarkan uang tambahan.
Dia tahu bahwa kecurigaan serta ketakutan mereka dapat disembuhkan dengan cara
menyingkir tepat setelah melayani mereka. Sehingga ketika selesai check-in, mereka
menyadari bahwa untuk mendapatkan pelayanan ekstra itu tidak harus mengeluarkan
uang sepeser-pun.
Masih di bandara. Namun, kali ini terjadi di tempat yang
berbeda di sebuah bandara yang lebih besar di pusat kota. Saya baru saja
mendarat. Setelah berhasil mendapatkan kembali bagasi di belt yang disediakan,
saya bergegas keluar menuju tempat parkir.
Dalam perjalanan ke tempat parkir ada yang membuntuti
saya. Oleh karenanya, saya bersiaga untuk berbagai kemungkinan. Ketika tiba di
mobil yang terparkir, saya membuka bagasi. Lalu saat hendak menaikkan
barang-barang dari trolly, seseorang mengulurkan tangan dan membantu menaikkan
barang-barang saya.
Saya bilang, “Terima kasih Pak. Tidak usah, saya bisa
melakukannya sendiri.” Barang bawaan saya memang tidak banyak. Hanya satu tas
berisi pakaian. Satu tas berisi laptop dan satu bungkusan
kecil berisi oleh-oleh. Namun, kesungguhan orang itu untuk menolong saya tidak
surut. Bahkan, dia tidak segan untuk “menggotong” tas kecil yang sudah berada
dalam genggaman tangan saya. Lalu, membantu saya menaikkannya ke dalam bagasi.
Seolah kami tengah mengangkat benda yang berat saja. Setelah itu, saya
mengucapkan terima kasih atas kebaikannya. Lalu, menghidupkan mesin mobil.
Tahukah Anda apa yang terjadi kemudian? Orang itu tidak beranjak
dari tempatnya. Kemudian, sebuah kalimat meluncur dari mulutnya. Mengertilah
saya bahwa dia tidak akan beranjak sebelum saya mengeluarkan uang.
Hari ini, saya bertemu dengan dua jenis manusia yang
berada di dua bandara berbeda. Orang yang satu diusia senjanya bekerja dengan
cara tidak memaksa. Sementara yang satu lagi masih muda. Namun, seperti yang
saya katakan, saya tidak mengerti nilai tambah yang telah diberikan kepada saya
yang harus membayarnya dengan setengah terpaksa.
Mereka yang bekerja semata-mata untuk uang sering
terkecoh. Mereka mengira uang adalah satu-satunya imbalan yang pantas
didapatkan untuk setiap pekerjaan yang dilakukan. Makanya, tidak jarang demi
uang mereka bersedia mengorbankan kehormatan. Faktanya, tidak sedikit orang
yang mendapat banyak uang tetapi tidak melalui cara yang terhormat. Bahkan
tidak sedikit yang menggerogoti keuangan perusahaan dengan beragam muslihat dan
tipu daya. Banyak juga yang memeras para pemasok barang atau penyedia jasa.
Padahal, setiap rupiah yang mereka terima akan diperhitungkan sebagai biaya.
Hanya kelihatannya saja uang itu milik vendor atau penyedia jasa. Padahal,
semuanya merupakan beban yang harus dihitung dan ditanggung perusahaan.
Sebaliknya, bapak tua tadi mengingatkan kita bahwa nilai
dari pekerjaan yang kita lakukan jauh melampaui sejumlah uang. Benar kita
membutuhkan uang. Namun, kita hanya berhak menerima sejumlah uang yang memang
pantas kita dapatkan. Uang tidak lebih dari pengganti tenaga yang
dikeluarkan, waktu yang dialokasikan, atau upaya yang dilakukan. Sebab, seperti
pernah dikatakan oleh Orangtua saya bahwa transaksi paling menguntungkan adalah
yang kita buat dengan Tuhan. Sebab, bagi mereka yang bekerja dengan setulus
hati, Tuhan menjanjikan imbalan yang jauh lebih bernilai dari sekedar uang. Dia
menyediakan kemuliaan.
Itulah sebabnya, mengapa orang-orang bekerja dengan tulus
dan jujur dicintai oleh majikan, disukai teman, dan disayangi pelanggan. Mereka
menjadi manusia yang mulia dimata orang-orang yang ada disekitarnya. Sebab,
bekerja secara tulus dan jujur tidak hanya menghasilkan uang. Melainkan menghiasi pribadi sang pemiliknya dengan Kemuliaan.
Oleh karenanya, pantaslah Tuhan berfirman, “Dan hanya kepada |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar