Senin, 01 Desember 2008

surga versi kalian kayak gimana???

satu hal yang sangat spontan. malam-malam ga ada kerjaan, gw nyoba baca-baca. baca apa aja, asal ada isinya. ada yang bisa dibaca maksudnya, berhubung rokok masih satu bungkus. artinya gw belum mau tidur.

lama-lama baca, dan baca-baca-baca-baca. ternyata otak gw mengisaratkan satu sinyal. dari sekian banyak bacaan yang dibaca, ada satu kesamaan mutlak. kebanyakan dari bacaan itu adalah pertanyaan(kebetulan). dan pertanyaan-pertanyaan itu berujung pada kata kenikmatan(kebetulan lagi). lalu, tiap-tiap kata kenikmatan selalu dihubungkan dengan surga(kebetulan juga). jadi malam ini sebut aja malam kebetulan.

nah, dari sini gw inget waktu kecil dulu. gw seneng banget memvisualisasikan surga. entah itu dalam gambar, kata-kata, tulisan, ataupun lamunan. surga itu menurut gw (dulu) adalah gudangnya nikmat, biangnya nikmat atau apalah pokoknya nikmat.

dulu setiap hal baik atau apapun itu yang berbau kebaikan dan kebajikan, gw selalu mengaitkannya dengan surga. yah, pokoknya kebaikan gw itu ada tujuannya 'surga' itu tadi. dari mulai shalat sampai gosok gigi dan cuci kaki sebelum tidur, gw pengen dapet surga di kemudian hari.

dulu itu bayangan gw tentang surga kaya gini : surga itu taman (soalnya banyak orang bilang gitu), penuh dengan bunga dan mata air. itu latar tempat dari pokok pikiran gw tentang surga. sisanya itu ga jauh-jauh dari kata "enak". asal kita mau berbuat baik di dunia, ntar di surga kita dapet yang 'enak-enak itu'. seperti : makanan, minuman dan apapun hal yang berbau pemuas nafsu. sampai maen cewe dan mabuk2an yang di dunia ini notabene haram, bisa gw dapat sesuka hati di surga. saratnya itu tadi, kita bikin kebaikan dulu di dunia. sampai yang paling ekstrimnya gini, klo kita di dunia harus beradab (boker aja punya tempat) di sana ga usah (jadi bisa boker dimana aja.hahaha). kita penuh dengan pelayanan pemuas nafsu kelas atas.

terus ceritanya gw tambah dewasa. udah banyak gaul, banyak ngobrol, banyak tukar pikiran, dan banyak baca (termasuk buku agama, kitab suci sampai buku yang kurang layak disebutkan). pandangan gw tentang surga berubah total. berubah semua pokoknya.

paradigma dasarnya gini, klo kita melakukan hal baik di dunia. hal-hal baik itulah yang menjadi modal dasar kita untuk hidup di surga. latarnya kita balikin lagi, taman indah penuh bunga dan mata air (yang ini belum rubah). nah, yang beda situasinya. klo yang disaratkan masuk surga itu adalah orang2 yang berbuat baik, berarti surga itu gudangnya kebaikan. disana ga pernah ada kejahatan, karena orang dengan secuil saja rasa jahat dilarang masuk surga. di surga itu adalah ladangnya kedamaian, soalnya orang dengan dengki dan dendam segede biji beras aja haram masuk surga. so, disana ga ada yang namanya dengki dan dendam. di surga itu hawanya damai, ga ada 'hembusan amarah' sedikitpun dari para penghuninya. di surga lagu-lagunya berupa puji-pujian dan penghormatan juga segala kesopanan. soalnya orang2 didalamnya adalah ahli memuja, menghormat dan maha super sopan. terus apalagi ya?, ga ada perbuatan asusila. soalnya orang yang berbuat asusila dilarang masuk surga, dan lain-lain.

paradigma ini jelas berubah total dari yang sebelumnya, dan yang gw yakinin tentang surga. adalah surga gw versi modern(yang terakhir gw tulis). ga ada hal2 pikiran dangkal tentang surga, yang semuanya berbau asusila.

nah, sekarang gw mau nanya buat semua orang yang baca tulisan ini, surga versi kalian kaya gimana? ini bebas, kebebasan berbendapat mutlak disini. mau itu ngasih komentar mengenai bayangan surga jaman dulu kalian kaya gw, atau surga jaman sekarang versi kalian. semuanya bebas total. dan, satu lagi! tulisan gw tentang surga di atas jangan memprovokasi atau mempengaruhi bayangan kalian tentang surga, yang sebelumnya pernah kalian pikirkan. just write, tuangkan aja lah pokoknya! pasti bayangan tentang surga jadi makin menarik!

overhaul

nostalgia itu membuka mata kembali.
mulai lagi dan memancing gairah.
coba ku ikat makna lagi.

hanyut kembali pikiranku di alam terang.
dimana mulutku kembali bernyanyi riang.
dan himpunan semangatku kembali menyatu.

nostalgia itu kata yang sangat damai.
saat otakku hampir mendidih.
tawaku menenangkannya kembali.

hari-hariku beberapa saat yang lalu kaku, kini menjadi kemayu.
ayu dan malu-malu menyapaku.
untuk kembali bermain-main di taman ini.

semangatku pernah ditangkap robot-robot belalang tempur.
kesatria hebatku jaman dulu.
itu semua hanya halusinasi, muslihatnya terkunci dalam kata arogansi.

kini imaginasiku kembali merdeka.
ditiup-tiup malaikat surga.
yang dulu dibawa bersembunyi dibalik teman-temanku.

teman-temanku yang dulu sembunyi-sembunyi malu.
menyapa merdu berduyun-duyun.
menuruni bukit, lembah dan antariksa.

dan merdeka itu aku yang cari.
kau dan aku, teman-temanku.
kita ini proklamator, dan mereka para diktator.

mereka itu menyekat nyawa dari raganya.
jeans belel dan musik rock melambai kencang.
sekat itu lenyap, dan darahku kembali mengalir deras.

hingga fluida ini, memancar deras memacu otakku.
memburu seluruh waktu, dari aliran darah dan oksigen yang tersendat.
lepaskan aku dari pejaman mata.

tak perlu akupun mengerti.
ini oktan tingkat tinggi, terkompresi dalam silinder dan torak maju mundur.
listrik menyengat, memantik api.
pembakaran sempurna, dan efisiensi dalam takaran angka satu mencoba melaju.

Selasa, 08 Juli 2008

mengadili persepsi (bermain tuhan)

Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka!

Selamat datang di era kemunduran,
pikiran tertutup jadi andalan.
Praduga tumbuh tenteram,
menghakimi sepihak, sebar ketakutan.

Membakukan persepsi, bukan jadi jawaban
atau gagasan bijak.
Selangkah maju ke depan,
empat langkah ke belakang,
kita takkan beranjak.

Mereka, bermain Tuhan.
Merasa benar, menjajah nalar.
Dan kalau kita membiarkan saja, anak kita berikutnya.

Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka!

Selamat tinggal, era kemajuan,
lupakan harapan dan kehidupan.
Menjauh dari akar masalah,
mendekatkan kepada kebodohan yang dipertahankan.

Privasi. Seni.
Siapa engkau yang menghakimi?
Masih banyak masalah, dan lebih krusial,
tidak bicara asal.

Mereka bermain Tuhan.
Merasa benar, menjajah nalar.
Dan kalau kita membiarkan saja, anak kita berikutnya.
Berikutnya….

Sudahkah merdeka??
Sudahkah dirimu merdeka??

Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka
Individu, individu merdeka!

I M A G I N E R

Ada banyak dibelakangku, tampak dengan jelas bahwa yang ini mengikuti. Yang begitu cepat hingga terasa menempel erat, dan terasa begitu tak memberi kenyamanan. Yang sangat lamban terlihat begitu jauh seakan tertinggal dan seolah tak ada minat, tapi kadang yang ini lebih menyita banyak rongga di otakku. Banyak yang ‘nampak’ begitu baik, juga tak kalah banyaknya yang terlihat begitu buruk. Kadang, hingga terasa seolah-olah busuk. Seakan berusaha melengkapi, hingga begitu kuat, namun terkadang terasa menghalangi. Seolah santai, seperti acuh tak acuh. Namun kadang yang ini memuluskan jalan, hingga begitu licin seakan tak bergelombang. Aura dan perasaan indah atau damai kadang datang bersama yang ini. Tak ketinggalan gelap dan pengap pun sering bergantian untuk datang dan melengkapi. Hingga harus ku sadari bahwa ada di antara kesukaanku tertinggal di belakang. Mungkin memang benar-benar tertinggal dan begitu jauh. Ataupun, ternyata menempel erat dengan bagian belakang-belakang tadi, aku tak tahu. Karena kadang aku menjadi begitu banyak perenungan dengan hal ini. Tapi kemudian tak tahu arah. Hingga seolah minim gairah, entah siapa yang membawa dan menerbangkan sang gairah itu. Dan dikemudian waktu, perenungan itu datang kembali, hingga lama-lama aku menjadi jemu dengannya. Apa aku tak sadar, tak disadarkan atau memang tak mau sadar. Aku tak minat dengan yang itu. Mungkin ada bagian yang menutupi bagian, ada belahan yang menutupi belahan. Dan apapun itu bentuknya, sepertinya mereka saling menutupi. Baik dari yang sejenis ataupun yang jelas-jelas berbeda jenis. Ini seperti halnya pegerakan dinamis dari fluida, menyebar ke segala arah, mengikuti bentuknya dan terus memenuhi hingga menjejali ruangnya. Apapun itu hingga aku berusaha berbuat tak perduli, dan tetap menatap lurus ke depan. Kadang begitu lurus, kadang ikut menyebar. Tercerai berai dan banyak arah. Aku selalu minat dengan yang depan ini. Sepertinya kesukaanku pun ada di depan. Dan begitu lekat menempel dengan suatu hal bernama objek. Objek yang mana ?, aku kembali terkulai dengan yang satu ini karena kadang menjadi begitu banyak. Banyak hal natural yang ku buat menghilang. Banyak pula hal tak pasti dan buatan yang ku buat menjadi sealami mungkin. Baik yang belakang mengejar atau yang depan terus berjalan. Kadang satu diantara banyak itu menjadi alami dan satu suasana. Diikat waktu dan bisa untuk dinikmati. Lalu terlepas kembali. Kemudian ku siapkan sebuah selongsong. Selongsong ini seiring waktu nampaknya akan meledak dengan hebat. Tapi tak tahu waktu mana yang akan datang, juga sering kali tak tahu kegunaan dan tak berarah. Hingga kadang ketika aku coba sedikit memaksa untuk melepas sedikit muatan didalamnya. Muatan itu melontar, walau tak jelas tapi kadang menempel dengan objek tadi. Tentunya semua itu ku lepas ke depan. Tapi lebih sering hilang kendali dan berhenti tengah jalan. Lalu tercecer di jalurku. Dan yang belakang, karena begitu terus mengikuti akhirnya mendapatinya dan semakin melekatkannya dengan ku. Bom waktu ini benar-benar tak terkendali, dan akan meledak dahsyat. Lalu kadang aku sadar para objek di depan telah terkunci mati. Tapi kadang-kadang seolah berusaha melepaskan diri dari jeratannya. Dan berbalik arah, hingga terlihat jelas olehku. Seolah ingin menunggu dan penuh harap untuk menungguku. Setelah sekuat tenaga aku hampiri dan mendekat hingga aku dapati dan bersama-sama. Ternyata mereka berhenti tak lalu berjalan, dan aku menjadi seorang yang meninggalkan hal yang aku cari sebelumnya. Sebagian yang telah tertinggal itu memang kadang ikut menempel mengikuti dengan hal belakang-belakang tadi. Tapi sebagian yang lain terus berhenti dan mematung. Dan seperti tulisan yang aku buat ini, begitu sesak. Berputar balik, dan tak membuat nyaman aku pun menjadi banyak bingung untuk mengakhirinya.

ringan sekali

Coba ku catat nomor telephone genggamu ?.

Baiklah, kau memberinya. Lalu mulai ku tulis,

081 (kosong delapan satu)

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

32 (tiga dua) !

Ah, kurang ajar ternyata kau hanya bergurau..

(untuk teman2 ku, kalian sialan!hahaha....terimakasih untuk segala canda tawa dan keriangan setiap hari)

harus dicoba (mungkin)

Langit masih biru, setidaknya itu yang tetap aku rasakan. Awan masih saling beriring-iringan. Melengkapi birunya langit yang nampak bak singgasana baginya. Ada sembilu diantara birunya langit itu. Walau tak ada petir, atau hujan tak serta merta tumpah ruah menerjangku. Tapi, pelangi pun tak nampak di sana. Ada diantara langit biru itu yang mungkin beranjak mendung. Tapi seharusnya tak terlalu besar juga tak perlu kurasakan hingga begitu besar. Atau, mungkin memang aku yang salah melihat dan merasakan. Bagaimana jika sebenarnya si ‘langit mendung’ itu adalah badai ?. Badai yang mulai merangkak datang, dan segera menyergapku. Menerjang dengan ganas, dan meluluh-lantahkan semuanya. Aku menjadi diantara sebagian yang tak banyak tahu. Merasakan nikmatnya langit biru mungkin bagian dari harapan. Kenikmatan yang bisa saja tak akan terulang. Tapi, mempersiapkan terjangan yang dicurigai badai itu bisa menjadi jauh lebih penting. Mungkinkah, sesekali orang harus merasakan akan adanya sebuah badai ?. Karena pernah pula terlintas di kepalaku, bahwa bukan badai jika tak menghacurkan. Jadi, mungkinkah pula menikmati badai adalah bagian dari kenikmatan juga ?. lama-lama hingga begitu lama kita bisa merenunginya. Dan ah, ternyata masih ada satu harapan lain. Harapan yang terlalu banyak dilupakan, karena begitu terlena dibuatnya. Bukankah bisa saja bahwa itu hanya mendung. Tepat seperti perkiraan awal. Bukankah begitu indah, jika setelah menikmati birunya langit, kita kemudian digoda oleh ‘si mendung’. Yang ternyata hanya menghasilkan hujan gerimis. Hujan yang seringkali memanggil-manggil kita untuk bermain bersamanya saat kita kecil. Hujan yang melangkapi kehangatan suasana dua makhluk yang sedang mabuk kepayan. Hujan yang dilain waktu bisa menjadi obat ketika terik memancar. Hujan itu bisa menjadi surga. Setelahnya kita tinggal mengharapkan pelangi datang. Begitu indah, tepat disore hari setelah semuanya berlalu. Hingga hujan kecil itu membuat sejuk suasana, ketika kita kembali mencoba menikmati luasnya langit. Hingga sang matahari terbenam. Sesuatu yang indah-amat-sangat. Untuk yang ini memang harus dicoba, harus dicoba hingga matahari tenggelam. Dan memang benar adanya, jika tenggelam kedalam pelamunan luas bisa begitu memusingkan.

Senin, 30 Juni 2008

jalan di tempat

hey, pernahkah kalian tahu bahwa pengalaman 3 tahun begitu sulit untuk dituangkan dalam satu lembar kertas ?.
perasaan haru, sukacita, duka, cinta, tawa dan air mata itu perlu banyak warna.
karena untuk menuliskan pengalaman bulu kuduk merinding ketika kita berkumpul bersama, atau walau hanya berdua begitu sulit.
tak jauh berbeda seperti menghitung jumlah bulu-bulu yang ikut menegang saat itu.
jika perasaan tak menentu saat kita berkumpul, menanti lembaran kertas kelulusan saja seperti dunia meminta punggung kita untuk menahannya.
sekedar berharap tidak jatuh, dan terus mengembangkan harapan.
walau hanya beberapa menit, menuju realita berupa sukacita tiada tara.
dan ketika kita memainkan gitar sambil bernyanyi, didepan banyak orang yang ber-slam dance dan membuat koor megah tak terkira, membuat suhu tubuh dan detak jantung begitu tak karuan.
dan banyak saat yang lain, ketika senyum tak bisa kita tahankan.
walau hanya sesaat, percayalah itu begitu sulit untuk dilupakan juga untuk sekedar dituliskan.
saat demi saat kesenangan kemudian dilenyapkan perpisahan.
untuk yang ini, akupun sulit untuk bercerita.

"mundur satu langkah, berlari lima langkah, melompat tujuh kali, berguling, tercebur dan berjongkok."
aku memang tak punya film untuk kau nikmati dengan kata-kata, tapi percayalah foto-foto kepemilikanku itu telah ku simpan di rongga kepalaku, dalam tengkorakku, dan serta merta mencair ikut bersama cairan otakku.

Senin, 19 Mei 2008

asap

asap-asap putih itu teman baikku, gelembung-gelembung hati nurani dan alur pikirku sering datang penuh belaian bersamanya. waktu itu tawa ku banyak, begitu banyak. sampai peluhku basah, begitu deras. asap itu tetap berhembus. saat kosong ku menuju gelap, begitu pekat. atau aku termenung di penuhi asma-Nya. asap itu tetap putih. juga saat senandung datang, atau belenggu sepi menikam. seperti itu pula adanya. lalu malamku datang, petang, siang, pagi atau apapun waktu mengikat. pekat itu tak kunjung reda.

hujan rintik-rintik, atau badai lalu-lalang. dia ikut serta, sampai terang benderang mengeringkannya. saat sibuk hariku, penat menjelang. atau kosong seperti langit terbuka luas. aku bercengkrama denganya. termasuk ketika kopiku begitu hitam, atau mulai berwarna. dari panas menuju dingin. atau jenis air penuh warna, dia bersamaku. saat banyak menggodakku atau semua menghunus nista, ada sang asap.

aku tak tahu pasti. berapa banyak oksigen berpindah kuasa oleh racun dalam darah ku. berapa banyak alveolus ku meledak, terbakar hitam olehnya. betapa sering bibirku mengering dibuatnya. betapa cepat dia menggerakkan jantungku. dan banyak betapa lain. hanya ini realita. hingga dompetku kering, dan aku tetap berharap mendapatkannya.


semoga ini bukan ode atau pemberhalaan terhadap lintingan tembakau yang penuh nikotin dan racun tar itu. hanya ada satu kepulan asap besar dan tebal telah memenuhi tengkorakku :

"if you don't smoke, don't start....
if you smoked, don't stop."
Prof. Dr. Fuad Hasan

hanya itu.
sekali lagi hingga dompetku mengering dibuatnya, aku tetap ingin mendapatkanya.

Kamis, 08 Mei 2008

music is music

beberapa hari belakangan ini, aku dipaksa mengisi dua lembar kertas penuh pertanyaan. mungkin jika dilihat sekilas, dua lembar kertas ini nampak terlihat seperti angket tentang musik. karena tema yang diangkat didalamnya adalah musik. tapi, sebenarnya dua lembar kertas itu adalah syarat demi kepentingan kami para siswa-siswi yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk dapat masuk di deretan nama-nama yang terpampang di buku tahunan.

lalu aku terdiam dengan satu diantara pertanyaan didalamnya. kurang lebih bunyi pertanyaan itu seperti ini, " menurut kamu apa arti musik ?". untuk yang satu ini, aku begitu lama terdiam. begitu lama termenung menunggu ilham datang. hingga tak lama kemudian beberapa konsep timbul di kepalaku. cukup banyak memang, tapi dari sekian banyak aku mulai menyimpulkan mengenai arti musik itu sendiri. dan semakin lama, gagasan itu semakin bias. memang terlalu universal pikirku. seperti spektrum yang begitu pekat. begitu anehnya, karena semakin lekat konsep itu aku pikir semakin luas maknanya, semakin banyak juga pertimbangan yang ikut serta. tapi, begitu aku lupakan banyak diantara pertimbangan-pertimbangan itu. konsep itu semakin kecil. berubah menjadi bagian yang lebih simpel. ah, entahlah mungkin itu daya magis dari kata musik itu sendiri.

hingga diantara buih-buih pertimbangan yang ikut seta melayang ke permukaan bersama dengan lamunanku itu. banyak buih kemudian berkumpul, dan aku menuju satu hal tentang pengasosiasian orang-orang dari kata musik itu sendiri. buih-buih itu menjadi hitam, berkumpul menjadi bagian gelap. dan ternyata buih-buih itulah yang selalu muncul ke permukaan ketika orang baru saja menghampiri permukaan dari lautan kata musik itu sendiri. dari sini banyak persepsi lain yang kemudian menganggap musik itu hanya terdiri dari bagian hitam dan putih.

bagaimana ketika orang-orang menatap musik dari hal-hal tersebut. muncul kemudian buih-buih persepsi yang lebih kelam. dari situ lalu banyak yang kemudian melekat ke dalam alam lamunanku. bagaimana orang-orang berkata bahwa reggae itu ganja, rock 'n roll itu sex and drugs, triphop-house music-disco itu party-erotis-mabuk dan dance floor. funk itu rebel. rock-garage-grunge itu flanel-kotor-ngetat-rombeng-gondrong-mabuk-serampangan(anti kemapanan), rap itu kritis anarkis, juga masih banyak lagi. dan kesan tentang musisi itu telah begitu kelam kini. bahkan musik-musik british (invasion) pernah diberi label (oleh Soekarno) musik ngakngekngok.

padahal jauh dibalik buih-buih hitam yang selalu tampil dipermukaan itu. ada buih-buih lain didasar sana yang lebih terang. tapi mengapa mereka selalu tenggelam ?. bagaimana buih itu bercerita bahwa musik bisa sangat agamis (nasyid). bisa sangat religius (but now the church sings out of mighty chords). bisa menjadi alat bantu edukasi, bisa pula sebagai penyalur emosi.

betapa pula aku senang etika mendengar para musisi berkata bahwa mereka hidup dan turun ke jalan untuk musik. mereka hidup untuk musik, dan jika kemudian musik menghidupi mereka. itu merupakan aksi-reaksi dari jalur hidup mereka. walau kadang memang konsep ini diputarbalikan. hingga musik-musik orsinil, dinamis menjadi barang langka karena kelakuan banal mereka.

aku hanya bertanya kemudian, mengapa mereka begitu takut untuk menyelam atau sekedar tercebur kedalam lautan musik itu sendiri ?. apa karena buih-buih hitam yang mengapung dipermukaan itu?. tidakkah mereka tertarik dengan permata-permata di dalamnya ?. atau mengapa tak sekedar menjadi orang yang terapung diantara buih hitam dan putih itu ?. akupun sedikit ragu diantara banyak pertimbangan itu. spektrum yang tadi sangat warna-warni kini seolah hanya menjadi hitam dan putih. dan aku seperti melamunkan kepasrahan dalam spektrum yang hitam dan putih itu.

memang kemudian menjadi resiko. karena jika kita sedikit saja mencoba menceburkan gagasan dan sedikikt idealisme kita ke dalam lautan musik tersebut, walau sebatas ujung rambut sekalipun kita akan terlihat begitu menjadi kotor dengan buih-buih hitam hasil pengasosiasian orang-orang tersebut. dan tak bisa dipungkiri, persepsi masyarakat tentang seniman ataupun musisi itu seperti itu juga. hingga akhirnya aku hanya berdiri dengan satu pandanganku. bahwa 'music is music'. art is art, sex is sex, drugs is drugs and attitude is attitude. walau kadang semuanya akan membaur.

dan baru tadi aku sampaikan aspirasiku pada temanku bahwa musik itu ekspresi, musik itu essensi, musik itu edukasi. dan ah, ternyata memang terlalu banyak.

Jumat, 25 April 2008

tak tahu arti

terbelalak, kita dianiaya.
aku muak, dirajam tak berdaya.
anjing-anjing laknat menyalak.
melontarkan air liur najis.

kini aku terprovokasi.
ini titik puncak eliminasi.
dikebiri aku tak berdaya.
aku meronta.

tak terperi aku menjerit.
menggema menggenggam langit.
hancur raga, kerdil melawan dunia.
hadapi berjuta cacian.

iblis tertawa, aku dibawa.
terhunus pedang murka.
aku menyelami luka.
memaki dimaki dan kembali memaki.

jalang, laknat, haram, bajingan!.
ada apa ini ?.
kemana kontrol itu ?.
hilang kendali, aku meradang.

satu untuk yang ini.
baru tadi aku tertawa.
menggema distorsi, tak terbatas.
dan sekarang semua berputar terbalik.

hingga satu kembali menyapa.
ini tipu daya, aku kembali tertawa.
kebodohan ini kemana-mana.
membanjiri dunia.

tetap tak bisa ku tebak,
tak bisa kuraba.
ingin, namun tak bisa.
hanya bisa mengikuti.

dimana lagi harus kucari ?.
akankah kembali kudapati ?.
mataku begitu mudah terpedaya.
dibawanya alam fikiran hingga merasuk kehati.

maaf, sumpah serapah ini tak pantas.
aku tak punya nyali juga tak memiliki.
begitu tak tahu arti.

kita dapat diselamatkan

tersenyumlah bagaikan masa silam
saat masa depan tak pernah terbayang
hilang dalam lamunan

tertawalah sebelum ditertawakan
semua ini hanyalah guyonan
samarkan kenyataan

sampaikan padanya
aku masih disini
mencair menikmati
tak akan pernah berlari
dari masa depan
dari kenyataan

alangkah indahnya asap ini
bagaikan cinta yang tak kumiliki
nikmati hembusan
dengarkan suara lensa kamar putih
tulangku terasa dingin dan ringkih
raga ini terasa melemah


sample:
"sebab di bawah kolong langit ini
tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia
yang oleh-Nya kita dapat diselamatkan"

kemana lagi aku harus bertanya ?

kemana gairah itu ?,
kemudian kita menjadi sepi oleh kreativitas.
terbelenggu takut, diikat pesimisme.
lalu tenggelam di sungai yang dangkal namun berarus deras.

kemana air mata itu ?.
tawa yang telah kita simpan,
kini kembali menyeruak.
bukankah ini belum waktunya ?, apa kita sekedar berimprovisasi ?.

kemana kesucian itu ?.
setelah sekian lama kita cari,
ditelan hegemoni bejat.
dan kita tak pernah tahu bisakah kita dapatkan lagi.

kemana semagat itu ?.
setan menelannya kemarin.
kemana kekeluargaan itu ?.
iblis ikut serta bersamanya, apakah kita telah diperbudak.

kemana kehalusan itu ?.
sumpah serapah menutupinya,
atau mungkin telah dibakar Tuhan.
diri-diri hilang kendali, lalu kapan kita maknai tahu diri ?.

kemana sakral itu ?.
malaikat menyembunyikannya.
kemana perasaan itu ?.
lembaran-lembaran kertas kecil dan pesan singkat menghilangkan itu semua.

kemana obsesi itu ?.
kita begitu optimis,
tapi tidak mau realistis.
mungkin kita harus belajar kembali mengenai resiko juga konsekuensi.

kemana ketulusan itu ?.
ah, aku sudah begitu muak dengan semua ini.
banyak orang bilang ini sudah berakhir, benarkah ?.

lalu,
apalagi yang harus kita lalui ?.
kemana kita harus berbagi ?.
pertanggung jawaban itu kita ajak berlari.
dan kemana lagi aku harus bertanya ?

Kamis, 17 April 2008

jalang

siapa yang berani bernyanyi,
nanti akan dikebiri.
siapa yang berani menari,
nanti akan dieksekusi.

karena mereka paling suci,
lalu mereka bilang kami jalang.
karena kami beda misi,
lalu mereka bilang kami jalang.

(efek rumah kaca)

dewan rakyat berlaku sebagai politisi moral.
tidak memproklamirkan diri,
tapi membungkam mulut para biduan seni.
tak ingin dihakimi juga enggan berintrospeksi.
siapa yang lebih jalang ?.

memberi suri tauladan berdasarkan kepentingan sesat.
dasar kalian laknat!
berteriak lantang tapi berlaku tidak perduli.
mengesampingkan misi, lalu mengumbar juta demi juta.
walau orang lain berlinang air mata.
siapa yang lebih jalang ?.


apa yang kalian punya selain institusi dan kekuasaan ?.
tak tahu sudut pandang juga tak punya dasar.
lalu membungkam banyak insan di luar sana.
hingga kreativitas dinilai sampah, dan kejujuran dihargai barang murahan.

semoga kalian lekas sadar,
wahai para mafia senayan!
kalian semua pecundang.

Rabu, 09 April 2008

bawa alat kumur masing-masing

tak berapa lama aku merasa seseorang dengan gagasan datang.
menenteng sebuah sikat dan wadah kumur.
setelah berbicara panjang lebar, lalu dia berkumur mencuci mulutnya setelah terlalu banyak dikotori idealisme.

lalu banyak orang datang.
sedekar melihat-lihat, atau turun tangan ikut berjibaku.
bersama-sama menikmati air kumuran itu.
hingga banyak orang kemudian saling berkumur dengan air kumur yang tak lain adalah bekas tersebut.

banyak mata kemudian terlena dengan pekatnya warna air kumur itu.
kembali berkumur, lalu membuangnya di wadah yang sama.
kemudian dinikmati orang lain setelahnya.
dan menjadi begitu pahit terlihat kini, lalu itu terjadi berulang-ulang.
dalam jangka waktu yang sangat panjang.

orang lain datang melakukan cara berbeda.
berkumur lalu membuang airnya.
banyak orang lalu kembali mengikuti yang ini.

juga ada orang yang setiap kali berkumur.
mengganti air kumur itu dengan air yang baru.
dapat kita tebak, lalu banyak orang kemudian mengikuti metode baru itu.

bukankah ini begitu menjemukan.
mengapa setiap orang tidak berkumur dengan kepunyaan masing-masing ?.
hingga setiap gagasan akan terlihat jelas.
tidak hanya di penuhi oleh bau mulut orang yang sama.
tidak kemudian, becampur aduk dibaui orang lain.
dan toilet ini menjadi begitu banyak kesamaan.
kurang inovasi dan minim akselerasi.

aku hanya berteriak.
mari perbaharui tolet ini.
jangan kemudian terlarut dengan bau di dalamnya.
atau sekedar terpikat dengan warna air kumur orang lain.
karena ini sungguh tak menarik.

atau mungkin kita bisa mencari toilet lain.
yang tidak menyediakan alat kumur di dalamnya.
mungkin alat lap gigi telah ditemukan sang inovator toilet itu.
mengapa kita tidak tertarik ?, dan hanya mengurung diri dengan bau toilet ini!.

aku menjadi ingin mengatakan sekali lagi.
mulut dan gigi kalian telah begitu bersih.
hingga apapun yang paling mutakhir di alam raya ini,
tak kan lagi sanggup untuk mengidentifikasinya.
dan gagasan-gagasan itu ikut tersapu dengan kegiatan yang terus kalian lakukan itu.
dan air kumur bersama itu telah terlalu bau untuk terus dibudidayakan!.

bulan itu menipu mataku

mengapa, manusia menjadi begitu suka ketika tawa memenuhi rongga perut mereka ?.
kesalahan dijadikan bahan lelucon, dan kegagalan adalah kepuasan dahaga demi dahaga untuk suatu pelecehan.

suatu waktu, aku pernah melihat.
pecahan kaca berkeping-keping, seketika setelah nampak indah.
kemudian melukai seseorang yang telah bercermin, merias diri hingga begitu baik terlihat.
mungkin dia tak sengaja memecahkannya, hingga ternoda merahnya darah.
lalu mereka terhunus serpihan-serpihan kecil, tapi begitu menyakitkan.
hingga seperti merobek hati.
lalu tawa menggema di belahan dunia lain.

dilain waktu, aku pernah melihat.
sayap-sayap indah, mengembang dari seorang bersinar.
begitu kuat asa untuk terbang lebih jauh kemudian.
mengepakkan sayap, mengarungi luasnya langit biru.
kemudian badai datang membuatnya meronta.
sekedar jatuh dikubangan, atau tersangkut di puncak pohon.
petir pun menyambar hebat.
lalu tawa menggema di belahan dunia lain.

dengan sebelah mata, aku sempat juga menyaksikan.
seorang terpleset dengan kulit pisang yang telah dimakanya.

juga seorang pembalap yang menjadi lemah.
ketika helm yang dia kenakan terlalu besar.
terlalu banyak pertimbangan keamanan.
yang akhirnya mencelakai dirinya.

sedangkan mataku yang lain menyaksikan.
seseorang tertawa puas.
sesaat setelah mendapati diri mereka menjadi iblis dihadapan kitab suci.

untuk setiap itu, dunia menjadi penuh dengan gema tawa.

padahal, hampir seluruh alam raya mengetahui.
seseorang bisa terbunuh dengan tawanya sendiri.
ketika terlalu memenuhi diri, lalu menerbangkan nyawa.
bukan ke alam tawa, tapi menebus rasa pedih orang yang dipecundangi.

atau kadang, bulan yang penuh terjal.
dilingkupi dengan lubang.
membuat kita terlena, lalu mengangungkanya.
terpedaya dengan cahaya lain yang hanya dipantulkannya.

aku menjadi ingin bercermin sebelum menghamburkan kata.
ingin merenungi diri sebelum mencaci.
ingin berburu puji tanpa henti.
tak ingin lagi melemparkan duri,
atau menyandarkan kaki di pundak orang lain.
ingin mengorbankan idealisme, untuk suatu keseimbangan.

lalu, mencabuti pisau yang telah aku lontarkan berhamburan.
hingga mengiris banyak hati disana.
dan sekedar membelai bunga yang pernah aku ludahi.
ikut menikmati gerimis,
tak hanya terpesona dengan indahnya pelangi saat gerimis atau badai telah berlalu.

sekedar berjemur di bawah terik matahari,
hingga hitam kulit dosa yang pernah ku perbuat.
terbakar, lalu terkelupas dengan sendirinya.

kesadaran akan kehadirat-Nya yang telah aku pendam.
kini menenggelamkan raga.

karena keluguan, begitu menjerumuskan.
dan melukai teman tanpa kesadaran.
mengikatkan diri pada kesengsaraan.
mencuri nirwana dari tempatnya.

Kamis, 03 April 2008

waktuku telah berlalu

siang berlalu begitu cepat tadi, dan kini malam mulai beranjak dariku. seolah tak ada yang istimewa. setelah deretan panjang dari banyak tulisan dan peristiwa memanjakanku. aku lalu kembali terasing, suatu suasana yang dahulu selalu aku cari. hingga akhirnya, saat ini tak bisa lagi aku nikmati. dan waktuku pun telah berlalu, benar-benar telah pergi. aku terlalu banyak membiarkan semua belaian ini menemaniku dibanyak kesempatan. akan tiba ruang demi ruang silih berganti menempatkanku didalamnya. sebagian gagasanku menempel erat di dindingnya. dan sebagian lagi telah luntur dimakan angin, atau ditempelkan makhluk lain di sana. walau kemudian diantara lengketnya gagasanku menjadi penuh warna dengan berjuta rasa, saat muak dan rindu ditikam bersamaan, ataupun mereka mucul di tenggang masa yang berlainan. juga diikuti kotornya jejak langkah kakiku, yang aku harap bisa menjadi ilhamku dikemudian lain. hingga saat ini terlihat begitu ramai dan menjadi sulit aku gambarkan lewat tulisan. begitu hangat dan penuh cinta, berupa perpaduan debu-debu tawa dan air mata. ketika kemudian hujan badai mengerubutinya, aku harus berlari keluar dan mengunci erat pintu diantara petir menggelegar. diantara senyum-senyum yang begitu menggoda. raut tawa dan gema wajah dia dan dia memburuku untuk sebuah pengutaraan. aku hanya menatap kosong dari lorong sempit, hingga banyak di sana, selalu memanggilku untuk mencoretkan sejarah serupa. dan aku seorang sendu sekarang, lalu meresapinya. tak bisa lagi kata menggambarkannya. karena akupun tak tahu apa yang aku gambarkan kini. hanya meyadari sesuatu yang begitu cepat berputar di kepalaku. dan sekali lagi waktuku telah berlalu.

Rabu, 02 April 2008

tontonan haram

ada apa ini ? ada apa lagi dengan Indonesia ?. negara tempat kita menjaring kehidupan, lalu mencari penghidupan dengan bekerja. negara yang selalu memanjakan kita dengan kekayaan alamnya, tempat mengenyangkan perut-perut kosong kita dan menikmati beragam kebahagiaan. dan hamparan tanah suci ini adalah tempat ketika berjuta cinta antara kita kemudian mekar.

lalu kini kita tertawa pedih di sini, di tempat kebangaan kita. ketika kebahagiaan dan cinta kita tukar dengan perselisihan dan amarah, hingga mengobarkan rasa dengki ataupun dendam. hilanglah rasa persaudaraan diantara kita, hanya sistem kepemilikan haram yang kemudian kita agungkan. ketika orang-orang saling menikam. dan indonesiapun penuh dengan darah, mengalir merah dan segar.

dua malam telah menyalipku dari tontonan berita yang saat itu aku saksikan. tapi, hingga saat ini semuanya masih begitu segar dalam ingatanku. begitu terngiang dalam nama kendari dalam dasar tengkorakku. suatu kota di tenggara sulawesi sana, yang kemudian menjadi tempat berkumpulnya kaum murka. aku saksikan layar kaca yang kemudian menjadi mencekam. wajah-wajah manusia penuh dendam dan amarah memenuhinya. sebuah serial dari pertunjukan adu kekuasaan kelompok-kelompok manusia.

darah-darah segar seolah menjadi latar atas berita yang saat itu aku saksikan. segala jenis senjata perang pun tak ingin membiarkan peristiwa itu berlalu tanpa mereka. dari bambu runcing, senjata api laras panjang dengan diameter moncong yang begitu besar hingga kendaraan besar berlapis baja yang kemudian dinamai kendaraan anti huru-hara mondar-mandir meramaikannya. sumpah-serapah dari banyak orang yang terlibat di dalamnya kemudian memekakan telingaku. dan sempurnalah pertunjukan kekejaman itu di hadapan mataku.

ketika kaum terpelajar meminta keadilan dengan orasi kasar dan pengrusakan. ketika para pendukung fanatik berkumpul untuk mengagung-agungkan idolanya dengan cara yang anarkis. dan ketika sekelompok pasukan yang dibentuk khusus untuk menjadi pengaman masyarakat berbuat lancang dan di luar batas. kemudian aku bengitu menyayangkan karena ketika demi ketika yang aku tulis itu terjadi dalam waktu bersamaan. mereka berkumpul dan membuat onar dengan kekuatan yang tak terbendung, menciptakan kericuhan berkepanjangan yang kemudian disebut konflik. dan celakanya sang kelompok pengamanan pun terlanjur ikut menjadi golongan murka itu.

sedikit pencerahan kemudian mucul. ketika suatu kelompok terpelajar lain yang selama ini diam kemudian terpanggil untuk meluruskan segala hal ini. mereka saat itu benar-benar nampak terpelajar dan arif. membuat pernyataan maaf di depan khayalak ramai, kemudian memberi himbauan untuk menghentikan segala aktivitas kekerasan yang terlibat di sana. dan akhirnya seluruh kelompok yang bertikai itu melakukan hal yang sama. dan kedamaian mulai nampak indah di depan mataku saat itu.

tapi apa yang kemudian terjadi ?. para pelopor-pelopor penghimbau jalur damai ini, lalu mendapat teror luar biasa. kemudian diketahuilah bahwa teror yang mereka dapat tak hanya dari kelompok musuh, tapi juga dari kelompoknya sendiri, yang belum puas dengan amarahnya yang belum tertuntaskan. hingga kemudian setiap golongan tersebut menjadi terpecah dua antara pengikut jalur damai dan penggemar peperangan. dan konflik pun meledak lebih hebat. dan aku menyayangkan sekali lagi karena kelompok-kelompok pencetus jalur damai pun, menjadi peserta dari kekerasan yang kemudian terjadi, mungkin karena mereka diusik dan diteror terus menerus. hingga akhirnya mereka memilih jalur bersama bernama kekerasan!. dan hingga selesainya pemberitaan itu, aku tak tahu pasti kapan semua ini akan mereda. aku pun menjadi terlanjur muak untuk semua yang aku lihat. begitu banyak darah dan kerusakan di sana, kerusakan mental, moral dan tentu saja kerugian harta benda.

karena setiap makna yang mereka perjuankan kini terlihat telah berubah arah. lalu sebenarnya apa yang mereka cari ? pengakuan ?. jika itu yang mereka cari, aku akan dengan sangat senang hati untuk melakukan aksi provokasi bagi seluruh saudara se-Indonesiaku untuk memberi pengakuan pada setiap kelompok itu. sekalipun itu berupa pengakuan baik yang bertentangan dengan hati dan jalan pikiranku. karena jujur, menurut penilaianku semuanya terlihat tak lebih dari pertunjukan anjing-anjing jalanan yang kelaparan. menggonggong kencang, berlumur najisnya air liur mereka. dan kemudian mereka bersekutu membuat peperangan hebat dengan jenis-jenis binatang jalang lainnya. memperebutkan jatah makanan mereka atas hal bernama pengakuan. kemudian pasukan malaikat lari terbirit-birit dari tempat itu, merasa enggan untuk kembali ke tempat persekutuan binatang jalang tadi, dan iblis-iblispun kemudian tertawa bangga melihatnya. lalu adakah unsur baik disana ?.

Sabtu, 29 Maret 2008

nuclear and get married ?

saat aku tengah melangkah pasti untuk melanjutkan jenjang pendidikanku ke tingkat yang lebih tinggi. ibukku bertanya, dengan penuh rasa harap agar aku menempatkan banyak kebijaksaan untuk masa depan yang aku pilih. sebuah pertanyaan ringan, tapi terasa berat dengan berbagai kandungan yang ada didalamnya, mengenai jurusan apa yang benar-benar menarik minatku untuk kemudian aku pilih.

sesaat sebelum aku menjawab, juga menyiapkan argumentasi panjang dibelakangnya. kakakku ikut mendapinginya dalam sesi pertanyaan itu. mereka terlihat penuh rasa ingin tahu. aku pun memulai retorika singkat tentang nuklir, diselingi pendapat singkat tentang musik, seni, arsitektur, filsafat dan beragam hal lain yang menarik minatku. hingga aku memulai kesimpulan mengenai teknik nuklir.

lalu mereka berdua sedikit tertawa. mulai berpendapat bahwa aroma tentang nuklir masih merupakan hal aneh dan berbahaya. kemudian menyimpangkan pembicaraan dengan bertanya-tanya tentang teman-teman wanitaku. adakah diantara wanita-wanita itu yang menjadi serius untuk masa depanku, tanya mereka. ada apa ini ? begitu pikirku. hingga mereka akhirnya menyimpulkan antara sebuah pertanyaan dan pernyataan yang nampak samar. mereka berbicara ke arah yang lebih serius kali ini, walaupun tetap diselingi tawa.

ternyata, demi sebuah masa depan dan keturunan. mereka memintaku untuk menikah sebelum menekuni ke-nuklir-an tersebut. mereka tertawa aku pun tertawa, tapi aku tak tahu apakah ini gurauan atau benar-benar permintaan. karena sebelumnya mereka memberiku informasi tentang nuklir dan bermacam radiasinya. lalu bagaimana terasingkannya orang-orang berbau nuklir ketika mereka dinyatakan terkena radiasi. mereka ditandai oleh lembaga mereka, dan lebih menakutkan tidak bisa memiliki keturunan!.

dan obrolan ini sedikit membuyarkan konsentrasiku. sedikit membuat otakku terkotak-kotak. sedikit memintakku untuk menjadi orang yang tidak teguh pendirian, walau sedikit memang. tapi kemudian kami hanya tertawa. dan aku akan tetap bersama mimpi dan jalan pikiranku.

apakah aku dahulu seperti mereka ?

apa yang terjadi ketika pasangan adik-kakak lama tak bersua ?. ketika waktu demi waktu memburu mereka dengan aktivitas masing-masing. dan setelah begitu lama aku tak berkumpul bersama keluargaku, akhirnya aku mendapatkannya kembali.

kita berkumpul bersama, saling mencermati. kakakku, dia seperti biasa. apakah karena dia telah mendapatkan kedewasaannya, tidak lagi bermain-main dengan masa pencarian jati diri ?. hingga dia terlihat begitu biasa dan tak banyak berubah. seperti hari-hari dahulu, ketika kami bersama. bercerita tentang apa saja, dan dia memang terlihat lebih matang.

lalu orang tuaku, nampaknya kerutan-kerutan pengalaman telah banyak menjamuri kulitnya. dan aku merasa begitu ingin untuk lebih menyanjung mereka dengan kadar hormat lebih. perubahan baik pikirku. mereka memang selalu penuh wibawa dan pertimbangan. dan yang ini jelas terlihat bahwa mereka telah begitu dewasa, begitu matang. begitu banyak pertanyaan kehidupan yang telah mereka dapati akhirnya, aku akan banyak belajar dari mereka.

lalu aku dapati adik-adiku, kedua adikku. mereka tampak berubah. beranjak remaja, mengapai umur-umur muda mereka. bayanganku, mungkin ini yang orang tuaku rasakan ketika bertemu kembali denganku beberapa waktu yang lalu. hingga mereka memberiku berbagai label seperti jagoan ataupun pemuda. mereka memang berubah, dan aku senang dengan itu. yang aku rasakan hanya begitu menariknya dinamika keluarga ini dari aspek usia, hingga bermacam perilaku tercipta.

adiku yang paling kecil, kini mendekati masa-masa akhirnya di sekolah dasar. dia banyak bercerita dengan ku, sedikit aksi provokasi menunjukan kejantanan. atau sekedar pertunjukan keberanian dengan kenakalan-kenakalan yang dia perbuat. layaknya seorang anak laki-laki kebanyakan, dia banyak menyelesaikan perselisihan dengan berkelahi. lalu memulai aksi-aksi protes diikuti pembangkangan. dia tunjukan semuanya, dia ceritakan dengan penuh rasa bangga. dia mulai gemar menolak sekarang, juga senang memulai penawaran-penawaran. tak hanya diam dan senang diiming-imingi. lalu aku mulai memanggilnya 'jagoan' untuk yang satu ini, dia menanggapinya dengan tertawa bangga. aku pun menyimpulkan tawa serta gumam dalam hati, 'seperti inikah aku dahulu ?'.

lain lagi untuk yang satunya, jika adik terkecilku yang tadi memang begitu terlihat jantan dari pertama aku mengenalnya. untuk yang ini, aku lebih senang menyebutnya si imut untuk ukuran laki-laki. karena dulu dia begitu seringya menagis, juga begitu anggun dari perilaku-perilaku kelaki-lakian. tapi itu dulu, sekarang disaat dia akan mengecap bangku kelas tiga sekolah menengah pertama. dia senang untuk terlihat begitu eksentrik, dengan aktivitas menyimpangnya seperti tokoh-tokoh nyentrik kelas atas.

pertama aku masuk ke kamarnya. terpajang poster-poster musisi rock internasional. gitar dan beberapa pasang stik drum terlihat sengaja disimpan berserakan. aku sedikit tertawa, benarkah ini ?. beberapa buku kiat-kiat bermain alat musik menyertai pemandangan itu. dan, ah !! aku melihat sebuah dokumentasi nyata, sebuah foto yang berada tak jauh dari situ. lalu aku cermati, ternyata foto itu bergambar dirinya tengah memainkan perangkat drum di suatu pagelaran dengan latar tulisan 'book fair 2008'. aku benar-benar tercengang dengan yang satu ini. aku ambil foto itu, lalu aku ambil gitar yang berada tepat di sebelahnya. kemudian aku duduk, sambil memainkan gitar terus mencermati foto itu. 'benarkah ini ?'

memang pernah juga aku dibuat kaget sebelumnya, ketika dulu dia memamerkan sepeda bmx-nya. dia terlihat lebih laki-laki saat itu, dan aku berkata, 'bagus'. aku jadi ingat saat aku seumuran dengannya, aku punya kebiasaan sama. bermain dan memodifikasi sepeda bmx, sebelum akhirnya aku kenal dunia sepeda motor disaat smp. hingga kemudian, beberapa saat yang lalu ibuku pun bercerita bahwa si imut ini telah mahir mengendarai sepeda motornya. dia pun terlihat senang mengotak-atik motor kesayangnya itu, ibuku bercerita panjang lebar. lalu sekarang apalagi ?, aku dikagetkan dengan nuansa rockstar dikamarnya.

tak lama ketika aku memainkan gitar sambil mencermati foto itu, terdengar nyanyian dari beberapa potongan lirik lagu yang aku kenal. ya, aku benar-benar kenal lirik lagu itu. bagian reffrain dari lagu entersandman milik metallica, aku dengar dinyanyikan oleh seorang remaja yang suaranya beranjak pecah. dan ternyata, itu adikku !. 'si imut' itu, kini bersenandung lagu-lagu metallica ?'. aku terkejut. dia menghampiriku sambil menenteng sepasang stik drum disertai sebuah pengumuman 'baru pulang latihan'. padahal ini sudah jam 9 malam, sejak kapan si imut ini mulai bermain-main dengan malam ?. lalu dia bercerita tentang foto aksi panggung itu. ternyata itu foto diambil hanya beberapa hari yang lalu, ketika dia mentas dipagelaran book fair. yang lebih membuat aku kaget, dia kemudian memperlihatkan koleksi foto-foto aksi panggungnya yang kini telah berjumlah tujuh buah. aku kembali tertawa melihatnya, dia pun bercerita penuh bangga melengkapi kegiatan pamer foto tersebut. satu yang aku ingat--karena selalu diulangnya, adalah, "pas book fair kemaren, kita sempet-sempetnya nge-medley starlight sama heaven buat lagu terakhir". entah mengapa dia begitu senang mengulang-ngulang kalimat tersebut, aku pun kembali tertawa.

lalu dia mengambil gitar yang aku pegang, setelah sebelumnya beberapa kali dia memintaku memainkannya, tapi tak kunjung aku mainkan. rasa malas menumpuk dibenakku disertai pernyataan hati bahwa aku malas bermusik di depan anak kecil ini. entah mengapa, aku pun tak tahu pasti. beberapa saat setelah dia mengambil alih kekuasaan atas gitar itu, dia mulai memainkannya. kemudian tak ku duga, dia menanyakan dengan penuh antusias mengenai teknik tapping gitar yang benar. aku kembali tertawa mendengar pertanyaan itu, dasar anak kecil pikirku. tapi dia tetap antusias, lalu menunjukan teknik tapping yang dia kuasai dan kemudian bercerita panjang lebar seputar musik yang berlatar rock hingga metal, jantan bukan ?!.

tiba-tiba telephone genggamnya berbunyi, ringgtone yang dia gunakan adalah potongan lagu around the world-nya red hot chilli pepper. ternyata sebuah pesan singkat telah masuk. untuk yang satu ini pun aku kembali tertawa. teringat ketika sang red hot itu begitu menjadi idola utamaku dahulu. ketika itu aku banyak bercerita tentang kehebatan mereka dalam meramu musik kepadannya. dan kini ?, aku hanya bisa tertawa. setelah itu telephone rumah ku berdering. kali ini kakakku memanggilnya, memberi tahu adikku bahwa ada seseorang yang menelponya. dia kemudian berjalan meninggalkanku. tak lama setelah adikku keluar kamar, aku tertarik untuk memeriksa playlist mp3 di handphonenya. impresi pertama ada pada wallpaper yang aku lihat. 'foto ini lagi' gumamku, foto book fair itu dipilihnya sebagai wallpaper. hingga kemudian aku benar-benar terkejut melihat deretan panjang playlist mp3 dihandphone-nya. aku lihat barisan grup band seperti motorhead, megadeth, guns and roses, led zeppelin, iron maiden dan tentu saja metallica berbaris disana. lagi-lagi aku tertawa, lalu kemudian aku pun keluar dari kamarnya.

dia terlihat begitu asyik berbicara di telephone, lalu tiba-tiba kakakku menghampiriku. dan dia bercerita bahwa seseorang yang kini tengah berbicara dengannya itu adalah pacarnya. ah, kini aku benar-benar tak bisa menahan tawa. aku tertawa lepas kali ini. dan untuk yang satu ini aku memanggilnya 'drummer'.

entah mengapa, perhatianku untuk adikku yang satu itu menjadi begitu besar. yang jelas adalah karena dia begitu banyak berubah kali ini. ingin mengenal lebih dekat istilah eksentrik seperti yang selalu dipertontonkan orang-orang bergelar rocker. tapi, aku begitu senang mengetahui bahwa dia juga kini banyak bermain di sisi kelaki-lakiannya. dan lengkap sudahlah pengalamanku ketika aku berkumpul kembali dengan keluargaku. satu pertanyaan yang ada sekarang adalah. apakah aku dahulu seperti mereka ?. seperti kedua adikku yang kini memulai perubahan demi perubahan ?.

Kamis, 20 Maret 2008

ketika aku menjadi saya

apa ada perbedaan yang terjadi ketika kita mendeskripsikan diri kita dengan kata ganti orang pertama ?. seperti aku, saya atau gue. mungkin ada, kita berhak berpendapat sejauh apa pun kita mencoba menginterpretasikannya dalam otak kita. karena menurut saya perbedaan itu lumrah.

tapi, kali ini saya tidak akan berpendapat soal itu, atau pun mencoba membahasnya lebih jauh. tapi mengapa ketika saya begitu senangnya mendengar beat dari musik-musik yang diciptakan band band seperti : led zeppelin, the sigit, jet atau apalah. lalu saya coba memaknainnya dengan kata-kata musik garage atau pun band garage. kemudian timbul kebiasaan saya menuliskan kata-kata garage itu dimana-mana, di tempat apapun yang memiliki space untuk menuliskan kata-kata garage tersebut. pikiran saya seolah semakin terkontaminsasi dengan kata-kata garage tersebut. lalu terus-menerus mencari informasi tentangnya, hal-hal terbaru juga trend tentang garage itu sendiri. dan saya menjadi budak dari kata-kata garage saat itu.

hingga pada akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa saya bosan mendengar musik-musik garage tersebut. dan secara seketika pula, hilanglah minat saya yang tinggi tersebut--setidaknya untuk beberapa waktu, untuk terus-menerus mendengarkan dan menjadi budak atas hal yang saya namakan musik garage tesebut. saya mencoba mencari hal lain sebagai pelarian, sebuah kesenangan lain. tapi dalam kasus ini, berhubung saya sebagai penikmat musik, hal-hal tersebut tidak terlepas dari musik-musik juga dan segala aspek didalamnya.

begitu pun halnya ketika saya mulai mengenal kata-kata nocturnal--maaf sepertinya saya memang orang aneh, saya seolah begitu terpengaruh dengan kata-kata tersebut. nocturnal itu menjelma dalam diri saya, hingga begitu kuat. saya jadi kuat berlama-lama bersama malam hari, dan baru tidur menjelang pagi walaupun dipagi tersebut saya harus bersekolah. menikmati dinginya belaian angin malam, dan melihat pekatnya gelap malam menjadi favorit saya saat itu. dimasa-masa itu juga saya rasakan tidur siang lebih mudah bagi saya dari pada tidur dimalam hari. bahkan saya cenderung memposisikan diri saya sebagai binatang. seperti makna dan hakikat dari kata nocturnal itu sendiri. hingga suatu saat atas beberapa hal kebetulan, saya terlepas dari kata-kata nocturnal itu dan kembali menjadi orang normal.

tak perlu dijelaskan secara terperinci berapa banyak kata yang mempengaruhi saya seperti kata-kata diatas--terlalu banyak!. yang jelas, ketika saya mulai mengenal kata-kata seperti radikal, britpop, insomnia, punk, rock juga berbagai kata lainnya. hal yang terjadi adalah tidak jauh berbeda dengan yang saya tulis diatas. saya menjadi budak atas kata-kata tersebut. salah satu diantaranya, sebutlah seperti efek samping dari kebiasaan saya membaca. saat saya mulai menemukan idola atas seorang penulis.(walaupun karena suatu kebetulan. seperti saat saya mengedepankan istilah sekuler ataupun agamis. tentu buku-buku yang saya baca berhubungan dengannya). sesaat setelah saya membaca, saya pun ikut arus untuk menulis dengan tema dan gaya yang tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka lakukan. seolah saya punya kewajiban untuk menuliskan kembali segala buah pikiran mereka, walah!. ( terima kasih para penulis hebat, almarhum-almarhum luar biasa yang mengilhami saya menulis.)

sebenarnya, telah lama saya mencoba memahami segala keajaiban tersebut. saya mulai mencernanya ketika saya dalam keadaan 'sadar'. dan saya berkesimpulan bahwa kita selalu terpengaruh dengan kata-kata yang selalu kita pikirkan. lalu saya mencoba bereksperimen dengan memaksakan menyukai beberapa kata tertentu, ataupun mencoba memandang sebelah mata kata-kata yang dikemudian hari saya anggap buruk. dan ternyata, berhasil!. saya menjelma menjadi kata-kata yang saya paksakan untuk disukai itu, juga menjadi sangat anti terhadap apa yang saya pandang sebelah mata tersebut.

hingga pada suatu ketika saya mendapat jawaban pasti, yang tak lebih berupa penguatan dari apa-apa yang saya baca dan coba simpulkan tentang keajaiban kata-kata tersebut. tepatnya beberapa hari yang lalu, ketika saya bersama seluruh rekan-rekan terbaik saya--setidaknya untuk saat ini. melakukan renungan disuatu malam. suatu renungan untuk membuat kekompakaan dan memompa semangat kami dalam menghadapi suasana sulit. suatu renungan yang benar-benar penuh perenungan, penuh keakraban juga air mata dengan suasana yang pekat (sudah-sudah kita tidak sedang membahas tentang renungan tersebut. walaupun ada keinginan untuk menuliskannya. mungkin ini kebiasaan menulis saya yang buruk, jika sedang menulis apa saja muncul kepermukaan).

di sana salah seorang pembicara membicarakan hal ini, tentang keajaiban kata-kata. mungkin dalam rangka menguatkan kepercayaan diri kita dengan menjadikan suatu kata sebagai panutan. tapi terlepas dari isi materi, mengapa sang pembicara memberikan efek signifikan tentang studi kata-kata ini bagi kita ?. apa karena sang pembicara mungkin telah menjadi idola saya atau pun kita--walaupun dengan segala kekurangannya (bukti baru bahwa label idola mempengaruhi pikiran dengan sangat). pada kesempatan itu beliau menyampaikan, bahwa kata-kata yang kita ucapkan mempengaruhi : pikiran, perilaku hingga kebiasaan kita. maka, semakin kuatlah pandangan saya tentang keajaiban kata-kata tesebut. betapa suatu perkataan dapat mempengaruhi hidup kita.

dan akhirnya saya pun lebih selektif untuk memilah setiap kata yang saya dengar ataupun saya perbincangkan. lebih jauh untuk memikirkan sebelumnya setiap kata ganti pelaku yang akan saya gunakan dalam setiap kesempatan. dan saya sangat menyadari kini bahwa disetiap kata : saya, aku atau pun gue punya daya tarik tersendiri, punya nilai jual tersendiri, dan bisa menguat dalam waktu-waktu tertentu. tinggal bagaimana cara kita mengolahnya agar terasa semakin baik. jadi ingatlah sekali lagi !, ingat bahwa kata-kata bisa mempengaruhi diri anda.

celoteh

aku teringat akan beberapa celoteh ringan dari beberapa temanku. kadang ungkapan yang terkesan instant itu hanya menghasilkan kesenangan sesaat. tapi beberapa yang aku coba tuliskan di sini selalu membuatku berfikir akan suatu hal yang semua orang dapatkan kesempatan atasnya, kehidupan.

suatu hari salah seorang teman baikku bercerita, dia bercerita dengan semangat, membuat para pendengar dengan antusias bersiap mendengarkannya. obrolan-obrolan seperti ini adalah bagian yang selalu kami bawa dalam sesi perbincangan ringan. penuh tawa dan sangat terkesan santai. tapi yang ini berbeda, sangat berbeda bahkan--atau mungkin hanya menurutku saja. berikut ini beberapa kutipannya :

anjing! tau ga' loe ?. sebelum kumail kemaren gue sempet ketakutan. tadinya gue ga' niat ikutan kumail. males baru balik jalan gitu, jadi mending tidur di kamar. tapi gara2 skarang udah kelas tiga, gue niatin aja ikut kumailan.

niat gw masih kuat. pas balik ke kosan juga anak-anak udah pada siap buat kumail. jadinya gue langsung ambil alat mandi terus masuk kamar mandi. eh, taunya dikamar mandi gue nemu komik bekas gue boker (maaf) kemaren. ya udah, gara2 gue masuk bawa rokok, plus punya niat boker, jadinya gue sempetin aja baca tuh komik. eh, ujung2nya malah males deh gw kumailan. seru kan ? baca komik+ngerokok+boker.

pas lagi enak2 di dalem. eh, si givano teriak dari luar. "san, kumail ga' loe ?.". gara2 gue lagi males, udah pewe, gue suruh dia duluan aja. tau2 dia jawab, "tadi Allah titip salam ke gue,san". "katanya kapan loe balik?", "dia udah kangen!". "mumpung gue lagi bawa pisau, mau gue bantuin ga, biar loe cepet balik ?".

(hahaha..beberapa anak mulai tertawa. dan temanku pun terpancing untuk melanjutkan ceritanya dengan menyelipkan beberapa tawa.)

setan, jelas2 aja gue kaget. gue pikir, 'anjing nih si givano, isengnya bikin gue takut'. gue langsung suruh dia nunggu. niat gue buat kumail jadi balik lagi. gue beresin urusan boker gue, rokok gue sama komik gue. gue masuk kamar pake baju, langsung deh ke mesjid.

gitu dom!, jadi gue kumail kemaren, percaya ga' loe ?.

(hhahaha..kita tertawa mendengar cerita tersebut)

teman-temanku yang berkumpul mendengarkan ceritanya sontak tertawa. karena memang sebelumnya kami telah lama bersama-sama dalam sesi tawa tersebut. hingga untuk cerita tadi pun. kami apresiasi dengan tawa yang terdengar begitu menggema.

dilain kesempatan salah seorang temanku bercerita panjang lebar tentang ceritanya yang lain. tetap dalam sesi yang sama penuh tawa. seperti kebiasaan beberapa pria-pria atau lebih tepatnya remaja tanggung berkumpul, penuh tawa dilengkapi dengan pekatnya asap rokok yang mengepul.

(ditengah-tengah kami tertawa mendengar sebuah cerita konyol--yang terkesan tolol malah,dari salah seorang teman. temanku yang lain memulai ceritannya)

pli, masih inget ga loe cerita si isan pas mau kumailan. gue tadi diceritain lagi sama si jae. udah aja gue bales cerita kaya' gini :

anjing, jae !. tadi juga malaikat Israfil nyamperin tukang terompet. katanya, "udah bener belom terompetnya ? mau gue tiup!". (hahaha..dia tertawa kami pun yang berkumpul bersama ikut tertawa). anak2 yang dengerin cerita gue langsung pada takut, pada ke mesjid buat solat !.(hahaha..kembali tertawa). si jae aja yang ketawa-ketawa doang kaya' yang ga' mikir. malah tetep diem nerusin ngerokoknya.

sungguh cerita-cerita tadi membuat dunia berwarna dengan jenakanya kaum muda, para remaja. membuat mereka selalu ceria dan penuh semangat menghadapi kehidupan. tapi dibaliknya, diantara bagian-bagian penuh tawa tersebut, terselip pesan moral penting yang selalu mengajakku kepada kebaikan, walau hanya diwaktu-waktu tertentu. juga mengajakku untuk lebih mendekatkan diri pada-Nya.

(walau jarang memang, semakin buruk saja karakterku sebagai seorang manusia. tapi, ah sudahlah. setidaknya diwaktu-waktu tertentu aku masih menyempatkan diri memikirkan petuahnya).

apa karena aku takut kepada siksa-Nya?. atau aku terlalu berharap akan surga-Nya?, seperti kebanyakan manusia?. atau memang hakikat manusia seperti itu?, aku pun tak begitu mengerti.


bagaimana dengan anda ?.

pribadi baru dan campursari

campur aduk perasaan ku tentang hari ini. hari ketika aku memulai beberapa kebiasaan baru. beberapa kebiasaan yang dahulu tak kunjung datang. juga ada warna ceria dihari ini ketika beberapa peristiwa datang silih berganti mengilhamiku.

aku sebenarnya tak ingin terlahir menjadi pribadi baru. tetaplah menjadi diriku yang dahulu, selalu menarik pikirku. tapi berkumpul bersama-sama dalam dunia yang luar biasa ini, membuatku merasa hangat ketika orang-orang silih berganti menyemangatiku. seperti dunia yang selalu membuat pergerakan teratur--entah itu rotasi atau pun revolusi, aku pun menjadi tertarik menjadi seorang yang selalu membuat penyesuaian baru.


kini, dahulu terlihat begitu kelabu.
aku tuliskan sebuah lembaran baru.
dengan spketrum yang dahulu hanya hitam dan putih.
kini terlihat cerah dengan berbagai warna baru yang tampak bersih.

masa lalu itu, ketika dendam ku buat membatu.
masa-masa ketika tawa ku buat menjadi candu.
saat ku buat tak bermakna sebuah kata rindu.
hingga ku tahu tak ada yang ku tuju.

lalu ku coba lemparakan batu dendam itu.
candu akan tawa ku buat sedikit bersahabat.
tak lupa ku coba maknai sebuah kata rindu.
apakah kini telah ada yang aku tuju ?.

lalu dering telephone menamparku dari pelamunanku, beberapa pesan singkat menikamku dengan kenyataan-kenyataan didepanku. dan teman-temanku masih berkelakar seperti biasanya.
ah, ternyata !...

Senin, 17 Maret 2008

elegi impotensi

apakah manusia terlilit lamunan panjang karena terbiasa dibelai kata-kata mengingkari ?. ataukah aku berjalan seorang diri mencari belaian lain ?, belaian-belaian yang lebih mesra, bahkan sangat intim ?. sangat ingin juga rasanya berkencan dengannya. hingga penuh gairah dan ingin merasakan peluk dan cumbu mesra dari para pelacur berjenis radikal dan bersuku ekstrimis ?. yang dikemudian waktu banyak orang menyebutnya kebebasan, dan mereka para cendikiawan langganan onani pikiran menyebutnya manusia bebas. manusia yang tak terikat dan selalu bergerak dinamis mengikuti goyangan panas para biduan gairah keingin tahuan dengan konversi pemberontakan ?.

benarkah itu ?, benarkah itu yang mereka cari ?. ataukah mereka terlalu sering menonton film seronok bernama kegetiran, lalu bermasturbasi dengan ketakutan dan mencoba menyetubuhi rasa gamang itu ?. hingga mereka berlari. mencari biduan lain, mencari pelacur-pelacur lain ?. aku tak tahu pasti !.

tidakkah dunia menyadari bahwa para pelanggan saritem bernama provokator selalu bertanya-tanya ?. uang yang mereka keluarkan untuk sebuah percobaan bersama ma' erot, ternyata memang menghasilkan sesuatu yang besar pula, sesuatu bernama keingin tahuan. dan dari setiap lembar majalah porno murahan, mereka menghasilkan suatu karya agung bernama demokrasi, reformasi, proklamasi hingga kudeta. juga dari serial-serial film porno yang mengilhami seseorang menciptakan lampu hingga pesawat luar angkasa.

mereka semua orang-orang yang senang berzinah dengan barang haram bernama rasa ingin tahu dan penasaran. juga menikmati tubuh wanita-wanita penghibur berjenis pertanyaan. hingga pelacur demi pelacur terkutuk berinisial percobaan mereka gilir setiap hari. kemudian lahirlah para anak haram. anak haram hasil hubungan membangkang yang haram. hingga anak-anak haram itu kini berguna, bahkan banyak orang menikmati hasil keringatnya, membutuhkannya malah. aku mulai meresapinya : anak haram tidak selalu sia-sia, itu tanggapanku dulu. walaupun mereka hasil perbuatan nakal yang menyalahi estetika sekalipun.

aku sering membandingkannya dengan mereka yang mempelajari seks dengan benar, pada kamasutra edisi undang-undang dasar, atau pada majalah porno berkelas seperti playboy yang selalu mengedepankan estetika. mereka memang tidak siap dengan hukum publik, hingga terlihat biasa-biasa atau bahkan lebih tepatnya kurang bersinar. tunduk patuh, juga mau diajak berkompromi sebelum meniduri gadis perawan berlabel aturan. selalu mengikuti petunjuk halal berpacaran dengan tahap menghapal, lalu menikah direstui badan yang bernama sekolah. hingga wanita yang kini diberi nama pekerjaan itu halal baginya. terlihat biasa saja bukan ?.

padahal mungkin dia seorang dengan gairah seks tinggi terhadap wanita jalang bernama percobaan. selalu ingin berkencan dengan para pelacur di tempat bernama penemuan. tapi, semuanya tak bisa diraihnya. tak berani lebih tepatnya karena terhalang satu-dua hal yang bersinggungan kuat dengan etika. atau orang tuanya sering berkata, "nikah dulu, baru boleh berharap punya anak."

ah, sepertinya untuk orang seperti mereka. kalaupun keinginannya memaksannya untuk mendatangi para pelacur bernama membangkang itu, dia akan bermain aman dengan berlindung dibalik kondom berlabel agama, negara, norma, adat atau yang terbaru berlabel perdamaian. hingga tak jadi lahir anak-anak haram bernama gagasan.

sudahlah, lupakan saja. kini aku harus berfikir bahwa anak haram itu haram !, mutlak bahkan !. aku harus jadi penurut sekarang, setidaknya untuk beberapa waktu ke depan. sekarang aku hanya mencoba mendekati bagian perawan dalam otakku, yang lama belum terjamah. mencoba bergairah dengan sisi hatiku yang masih kelabu. mencari birahi lain yang kuharap bisa menjadi amat kuat, memberikan ketegangan sangat bernama penurut itu sendiri, hingga tubuh ini sampai ke tahap dibasahi keringat dingin bernama rasa malu.

lalu ingin rasanya merasakan berereksi dengannya, dengan kebaikan yang juga penuh aturan. tidak sekedar berejakulasi seronok menyemburkan calon-calon anak haram bersuku ekstrimis seperti sebelum-sebelumnya. karena ternyata selama ini aku hanya mencabuli kata-kata radikal, dengan gairah yang amat panas. hingga unsur manusiawi dalam berhubungan intim mencari jati diri ini aku kesampingkan. seperti yang dicontohkan majalah-majalah juga film-film porno murahan bernama pemberontakan yang dulu sering kulakukan.

kini aku hanya ingin bermain cinta sempurna dengan sisi penurutku, berhubungan badan berperi kemanusiaan dengan alam-alam kebaikan bernama penurut itu.
tapi mengapa begitu susah ?.

haruskah ku doping dengan alat bantu berlabel aturan ?.

haruskah majalah porno kelas atas berjudul sekolah memancingnya ?.

haruskah pula aku mempelajari kamasutra edisi keteraturan dengan sangat ?.

atau kini aku telah menjadi seorang impoten untuk melakukannya ?.

aku harap tidak, elegi ini harus kuakhiri!.

Minggu, 16 Maret 2008

mendekati surga

aku menelusuri sebuah jembatan, dibawahnya neraka menganga dimana-mana. mungkin kalian semua menemaniku. kita bersama-sama mendekati surga itu, terus berlari!. hanya bisa mendekati tak bisa tergapai, apalagi masuk kedalamnya. mungkin sedikit membuka pintu gerbangnya, saat satu kesuksesan diraih. tapi, berbahagialah ! karenanya kita terus bergerak dinamis.

sehingga sampai kapan pun manusia, seperti aku atau pun kalian tak pernah merasa puas. tapi, benarkah surga yang kita cari ?. yang aku tahu surga adalah kata yang amat-sangat universal juga tak kalah sakral. tak tersekat dimensi agama, suku-bangsa. juga jurang terjal yang disebut ruang ataupun waktu. hingga terlihat sempurna tak terkecuali.

dan ketahuilah pula karena jasad yang kita tempati ini hanyalah bingkai. bigkai dari segala kegetiran hati dan pergulatan pemikiran yang tak pernah bisa kita isi dengan sepenuh hati. hanya menjadi media disetiap tawa atau pun tangis, juga sebagai kanvas saat kita menjalani hidup di dunia. hingga orang-orang berkata, "aku, bukanlah aku ?". dan kita terus bersamanya, bersama sudut pandang bahwa manusia tak pernah puas. hingga kesuksesan demi kesuksesan diraih, dan bosan untuk menghampiri lagi.

hanya mengikuti kemana jiwa melayang. dan ketika raga ini terasa kosong tak terkira, kita mencoba mengenal Tuhan, mempelajari asma-NYa, lalu meraba-meraba kebenaran. jika kita dapatkan sang kebenaran kita berteriak lantang atau sekedar bersembunyi dibalik argumentasi dari setiap kejahatan yang diperbuat. lalu bersenandung ria bersama para setan yang menjauhkan kita dari surga. karena memang manusia tidak luput dari kesalahan, bukan ?. kemudian bingkai-bingkai itu diikat fikiran dibawanya terbang, mendatangkan berbagai karya seni yang membuat dunia terasa indah, menjadikannya kesenangan dalam perjalanan ini.

tapi, aku sering bertanya-tanya ?.pernahkan kau mendengar orang memangkas rambut selama 30 tahun ?. menjadi tukang pangkas rambut selama 30 tahun ?. apa bedanya memangkas rambut 15 menit dan 30 tahun. atau apalah pekerjaan mereka selain itu. menjadi tukang becak, lalu mengayuh becak terus menerus selama 30 tahun. maaf, sungguh aku tahu tujuan mereka suci, mencari rezeki halal walau hanya sesuap nasi. dan kita tak usah ikut sertakan variabel lain, para pelaku kriminal yang selalu bersama iblis di neraka sana. tapi, apakah surga jua lah yang mereka cari ? ataukah karena mereka telah mendapati diri mereka menjadi 'aku yang hakiki' ?.

atau mereka lelah, lalu berhenti ditengah-tengah jembatan ?. hingga putus asa memenuhi bingkai jiwa mereka, menengelamkan fikiran mereka. lalu mereka berhenti mendekati surga itu ?, padahal surga dihadapan mereka. surga yang selalu menghasilkan tawa. surga yang menghasilkan kesuksesan demi kesuksesan. surga yang membuat manusia tidak pernah puas sebelum menggapainnya, lalu tiada henti membuat inovasi dan mengembangkan terus ilmu pengetahuan. dan juga mungkin saja surga yang telah kita coba buka sedikit demi sedikit. sayang, mereka tetap berhenti. membiarkan harapan mereka dibakar api neraka yang berkobar panas, menjilat-jilat cita-cita mereka juga menghanguskan otak mereka yang bersinar terang, yang kini telah hitam pekat dicumbui api neraka.

tidakkah keindahan surga membuat semangat mereka kembali bercahaya ? kembali bermakna ?. menikmati setiap tawa dan kesenangan yang menunggu di dalamnya ?. tapi itu mereka, kita tak boleh menyerah. terus berjalan, mendekati surga. aku hanya terus membayangkan surga adalah suatu karya Tuhan paling agung, penuh kesenangan atau kesempurnaan hakiki. yang aku tahu, di surga tidak ada orang bertikai, karena orang dengan dengki sebesar beras pun tak diizinkan masuk. di surga tidak ada sumpah serapah, karena di surga hanya terdengar kedamaian dan do'a bagi para kekasih Tuhan. di surga tidak ada orang yang memperebutkan hak-nya, karena segala kebutuhan yang paling baik pun telah disediakan Tuhan. di surga tidak ada orang yang berbuat jahat kepada siapapun sesama penghuninya, karena orang dengan kejahatan seringan daun pun tak diizinkan masuk. jadi, ayo kawan ! tinggal sedikit lagi. kita nikmati surga bersama. karena aku pun belum menjadi aku yang hakiki. serta maut belum memisahkan jiwa ini dari raganya.

kutunggu kalian di surga !, dan semoga kita akan bertemu lagi di surga. surga kesuksesan juga surga yang damai tak perduli itu berada di alam yang bernama dunia ataupun akhirat. amien!.

Jumat, 14 Maret 2008

Ahmad Wahib

alangkah menderitanya kehidupan batinku.
kehidupan yang bergantung pada orang lain membuat batinku tersiksa dan kemerdekaan pribadiku seolah-olah hilang.
aku ingin lepas-bebas walaupun menderita secara jasmaniah.
tapi, bisakah orang menggunakan kebebasan batinnya dalam penderitaan jasmaniah yang di luar batas ?
apakah guna kemerdekaan jika tidak mampu memperggunakannya?


31 Desember 1971
Ahmad Wahib