Kamis, 20 Maret 2008

ketika aku menjadi saya

apa ada perbedaan yang terjadi ketika kita mendeskripsikan diri kita dengan kata ganti orang pertama ?. seperti aku, saya atau gue. mungkin ada, kita berhak berpendapat sejauh apa pun kita mencoba menginterpretasikannya dalam otak kita. karena menurut saya perbedaan itu lumrah.

tapi, kali ini saya tidak akan berpendapat soal itu, atau pun mencoba membahasnya lebih jauh. tapi mengapa ketika saya begitu senangnya mendengar beat dari musik-musik yang diciptakan band band seperti : led zeppelin, the sigit, jet atau apalah. lalu saya coba memaknainnya dengan kata-kata musik garage atau pun band garage. kemudian timbul kebiasaan saya menuliskan kata-kata garage itu dimana-mana, di tempat apapun yang memiliki space untuk menuliskan kata-kata garage tersebut. pikiran saya seolah semakin terkontaminsasi dengan kata-kata garage tersebut. lalu terus-menerus mencari informasi tentangnya, hal-hal terbaru juga trend tentang garage itu sendiri. dan saya menjadi budak dari kata-kata garage saat itu.

hingga pada akhirnya saya sampai pada kesimpulan bahwa saya bosan mendengar musik-musik garage tersebut. dan secara seketika pula, hilanglah minat saya yang tinggi tersebut--setidaknya untuk beberapa waktu, untuk terus-menerus mendengarkan dan menjadi budak atas hal yang saya namakan musik garage tesebut. saya mencoba mencari hal lain sebagai pelarian, sebuah kesenangan lain. tapi dalam kasus ini, berhubung saya sebagai penikmat musik, hal-hal tersebut tidak terlepas dari musik-musik juga dan segala aspek didalamnya.

begitu pun halnya ketika saya mulai mengenal kata-kata nocturnal--maaf sepertinya saya memang orang aneh, saya seolah begitu terpengaruh dengan kata-kata tersebut. nocturnal itu menjelma dalam diri saya, hingga begitu kuat. saya jadi kuat berlama-lama bersama malam hari, dan baru tidur menjelang pagi walaupun dipagi tersebut saya harus bersekolah. menikmati dinginya belaian angin malam, dan melihat pekatnya gelap malam menjadi favorit saya saat itu. dimasa-masa itu juga saya rasakan tidur siang lebih mudah bagi saya dari pada tidur dimalam hari. bahkan saya cenderung memposisikan diri saya sebagai binatang. seperti makna dan hakikat dari kata nocturnal itu sendiri. hingga suatu saat atas beberapa hal kebetulan, saya terlepas dari kata-kata nocturnal itu dan kembali menjadi orang normal.

tak perlu dijelaskan secara terperinci berapa banyak kata yang mempengaruhi saya seperti kata-kata diatas--terlalu banyak!. yang jelas, ketika saya mulai mengenal kata-kata seperti radikal, britpop, insomnia, punk, rock juga berbagai kata lainnya. hal yang terjadi adalah tidak jauh berbeda dengan yang saya tulis diatas. saya menjadi budak atas kata-kata tersebut. salah satu diantaranya, sebutlah seperti efek samping dari kebiasaan saya membaca. saat saya mulai menemukan idola atas seorang penulis.(walaupun karena suatu kebetulan. seperti saat saya mengedepankan istilah sekuler ataupun agamis. tentu buku-buku yang saya baca berhubungan dengannya). sesaat setelah saya membaca, saya pun ikut arus untuk menulis dengan tema dan gaya yang tidak jauh berbeda dengan apa yang mereka lakukan. seolah saya punya kewajiban untuk menuliskan kembali segala buah pikiran mereka, walah!. ( terima kasih para penulis hebat, almarhum-almarhum luar biasa yang mengilhami saya menulis.)

sebenarnya, telah lama saya mencoba memahami segala keajaiban tersebut. saya mulai mencernanya ketika saya dalam keadaan 'sadar'. dan saya berkesimpulan bahwa kita selalu terpengaruh dengan kata-kata yang selalu kita pikirkan. lalu saya mencoba bereksperimen dengan memaksakan menyukai beberapa kata tertentu, ataupun mencoba memandang sebelah mata kata-kata yang dikemudian hari saya anggap buruk. dan ternyata, berhasil!. saya menjelma menjadi kata-kata yang saya paksakan untuk disukai itu, juga menjadi sangat anti terhadap apa yang saya pandang sebelah mata tersebut.

hingga pada suatu ketika saya mendapat jawaban pasti, yang tak lebih berupa penguatan dari apa-apa yang saya baca dan coba simpulkan tentang keajaiban kata-kata tersebut. tepatnya beberapa hari yang lalu, ketika saya bersama seluruh rekan-rekan terbaik saya--setidaknya untuk saat ini. melakukan renungan disuatu malam. suatu renungan untuk membuat kekompakaan dan memompa semangat kami dalam menghadapi suasana sulit. suatu renungan yang benar-benar penuh perenungan, penuh keakraban juga air mata dengan suasana yang pekat (sudah-sudah kita tidak sedang membahas tentang renungan tersebut. walaupun ada keinginan untuk menuliskannya. mungkin ini kebiasaan menulis saya yang buruk, jika sedang menulis apa saja muncul kepermukaan).

di sana salah seorang pembicara membicarakan hal ini, tentang keajaiban kata-kata. mungkin dalam rangka menguatkan kepercayaan diri kita dengan menjadikan suatu kata sebagai panutan. tapi terlepas dari isi materi, mengapa sang pembicara memberikan efek signifikan tentang studi kata-kata ini bagi kita ?. apa karena sang pembicara mungkin telah menjadi idola saya atau pun kita--walaupun dengan segala kekurangannya (bukti baru bahwa label idola mempengaruhi pikiran dengan sangat). pada kesempatan itu beliau menyampaikan, bahwa kata-kata yang kita ucapkan mempengaruhi : pikiran, perilaku hingga kebiasaan kita. maka, semakin kuatlah pandangan saya tentang keajaiban kata-kata tesebut. betapa suatu perkataan dapat mempengaruhi hidup kita.

dan akhirnya saya pun lebih selektif untuk memilah setiap kata yang saya dengar ataupun saya perbincangkan. lebih jauh untuk memikirkan sebelumnya setiap kata ganti pelaku yang akan saya gunakan dalam setiap kesempatan. dan saya sangat menyadari kini bahwa disetiap kata : saya, aku atau pun gue punya daya tarik tersendiri, punya nilai jual tersendiri, dan bisa menguat dalam waktu-waktu tertentu. tinggal bagaimana cara kita mengolahnya agar terasa semakin baik. jadi ingatlah sekali lagi !, ingat bahwa kata-kata bisa mempengaruhi diri anda.

Tidak ada komentar: