Senin, 17 Maret 2008

elegi impotensi

apakah manusia terlilit lamunan panjang karena terbiasa dibelai kata-kata mengingkari ?. ataukah aku berjalan seorang diri mencari belaian lain ?, belaian-belaian yang lebih mesra, bahkan sangat intim ?. sangat ingin juga rasanya berkencan dengannya. hingga penuh gairah dan ingin merasakan peluk dan cumbu mesra dari para pelacur berjenis radikal dan bersuku ekstrimis ?. yang dikemudian waktu banyak orang menyebutnya kebebasan, dan mereka para cendikiawan langganan onani pikiran menyebutnya manusia bebas. manusia yang tak terikat dan selalu bergerak dinamis mengikuti goyangan panas para biduan gairah keingin tahuan dengan konversi pemberontakan ?.

benarkah itu ?, benarkah itu yang mereka cari ?. ataukah mereka terlalu sering menonton film seronok bernama kegetiran, lalu bermasturbasi dengan ketakutan dan mencoba menyetubuhi rasa gamang itu ?. hingga mereka berlari. mencari biduan lain, mencari pelacur-pelacur lain ?. aku tak tahu pasti !.

tidakkah dunia menyadari bahwa para pelanggan saritem bernama provokator selalu bertanya-tanya ?. uang yang mereka keluarkan untuk sebuah percobaan bersama ma' erot, ternyata memang menghasilkan sesuatu yang besar pula, sesuatu bernama keingin tahuan. dan dari setiap lembar majalah porno murahan, mereka menghasilkan suatu karya agung bernama demokrasi, reformasi, proklamasi hingga kudeta. juga dari serial-serial film porno yang mengilhami seseorang menciptakan lampu hingga pesawat luar angkasa.

mereka semua orang-orang yang senang berzinah dengan barang haram bernama rasa ingin tahu dan penasaran. juga menikmati tubuh wanita-wanita penghibur berjenis pertanyaan. hingga pelacur demi pelacur terkutuk berinisial percobaan mereka gilir setiap hari. kemudian lahirlah para anak haram. anak haram hasil hubungan membangkang yang haram. hingga anak-anak haram itu kini berguna, bahkan banyak orang menikmati hasil keringatnya, membutuhkannya malah. aku mulai meresapinya : anak haram tidak selalu sia-sia, itu tanggapanku dulu. walaupun mereka hasil perbuatan nakal yang menyalahi estetika sekalipun.

aku sering membandingkannya dengan mereka yang mempelajari seks dengan benar, pada kamasutra edisi undang-undang dasar, atau pada majalah porno berkelas seperti playboy yang selalu mengedepankan estetika. mereka memang tidak siap dengan hukum publik, hingga terlihat biasa-biasa atau bahkan lebih tepatnya kurang bersinar. tunduk patuh, juga mau diajak berkompromi sebelum meniduri gadis perawan berlabel aturan. selalu mengikuti petunjuk halal berpacaran dengan tahap menghapal, lalu menikah direstui badan yang bernama sekolah. hingga wanita yang kini diberi nama pekerjaan itu halal baginya. terlihat biasa saja bukan ?.

padahal mungkin dia seorang dengan gairah seks tinggi terhadap wanita jalang bernama percobaan. selalu ingin berkencan dengan para pelacur di tempat bernama penemuan. tapi, semuanya tak bisa diraihnya. tak berani lebih tepatnya karena terhalang satu-dua hal yang bersinggungan kuat dengan etika. atau orang tuanya sering berkata, "nikah dulu, baru boleh berharap punya anak."

ah, sepertinya untuk orang seperti mereka. kalaupun keinginannya memaksannya untuk mendatangi para pelacur bernama membangkang itu, dia akan bermain aman dengan berlindung dibalik kondom berlabel agama, negara, norma, adat atau yang terbaru berlabel perdamaian. hingga tak jadi lahir anak-anak haram bernama gagasan.

sudahlah, lupakan saja. kini aku harus berfikir bahwa anak haram itu haram !, mutlak bahkan !. aku harus jadi penurut sekarang, setidaknya untuk beberapa waktu ke depan. sekarang aku hanya mencoba mendekati bagian perawan dalam otakku, yang lama belum terjamah. mencoba bergairah dengan sisi hatiku yang masih kelabu. mencari birahi lain yang kuharap bisa menjadi amat kuat, memberikan ketegangan sangat bernama penurut itu sendiri, hingga tubuh ini sampai ke tahap dibasahi keringat dingin bernama rasa malu.

lalu ingin rasanya merasakan berereksi dengannya, dengan kebaikan yang juga penuh aturan. tidak sekedar berejakulasi seronok menyemburkan calon-calon anak haram bersuku ekstrimis seperti sebelum-sebelumnya. karena ternyata selama ini aku hanya mencabuli kata-kata radikal, dengan gairah yang amat panas. hingga unsur manusiawi dalam berhubungan intim mencari jati diri ini aku kesampingkan. seperti yang dicontohkan majalah-majalah juga film-film porno murahan bernama pemberontakan yang dulu sering kulakukan.

kini aku hanya ingin bermain cinta sempurna dengan sisi penurutku, berhubungan badan berperi kemanusiaan dengan alam-alam kebaikan bernama penurut itu.
tapi mengapa begitu susah ?.

haruskah ku doping dengan alat bantu berlabel aturan ?.

haruskah majalah porno kelas atas berjudul sekolah memancingnya ?.

haruskah pula aku mempelajari kamasutra edisi keteraturan dengan sangat ?.

atau kini aku telah menjadi seorang impoten untuk melakukannya ?.

aku harap tidak, elegi ini harus kuakhiri!.

6 komentar:

Titoy mengatakan...

ketika sang perantau berkunjung ke kawasan erotis
dan engkau menjadi
hilang kontrol(agak)
jujur, tidak terlalu mengerti apa tujuannya
tapi retorika dan persuasif masih rapih seperti biasa
tapi entah kenapa,,,
aku kurang suka ini
judul dan isi
bagai malaikat dan iblis yang bersebrang
(aku yang bodoh atau apa)
sekilas malaikat-malaikat
atau iblis-iblis
apa yang harus diambil dari pelamunanya

garasi kata mengatakan...

benar, aku ingin memapas harapanku untuk menjadi seorang aku!.

setidaknya untuk beberapa waktu kedepan,untuk masa depan kita, bung!.

jadi aku mengikat kebiasaan ku, atau apapun yang selama ini menjadi idolaku adalah sebuah keburukan. hingga aku bisa berlali, menemui kebenaran mayoritas. menjadi seorang yang tunduk. seorang yang patuh.

child mengatakan...

wah cuy yang kaya gini gak bisa dibaca pake speed reading atau scanning nih.
hhu.biarkan mereka berlari.aku mencoba dibelakang ketika sayap-sayap mulai terluka.
tampaknya hanya itu yang bisa kulakukan.
salam.

Titoy mengatakan...

makin jauh saja anda berlari
apa aku sudah terlalu ketinggalan?
tulisan anda makin sulit dimengerti
teruslah berlari tapi jangan terlalu kencang,
aku semakin bingung mengejarnya
dan mungkin sahabat2 lainnya

maaf,
komentar saya semakin tidak jelas

garasi kata mengatakan...

sungguh aku tidak sedang berlari, atau mencoba mengasingkan diri dari kerumunanku juga dari kalian.

sebaliknya aku ingin terus mendekati kalian, lebih dekat. aku tak ingin berjalan sendirian seperti biasanya. tapi mengapa aku seperti menjadi seorang diri?.

tak perlu speed reading atau pun scanner tingkat tinggi untuk membiasakannya. cukup biasakan dan coba pahami. juga biasakan membuang diri ketika kita dalam kebiasaan menulis juga membaca.

ah, sudahlah sudut pandangku memang berbeda dengan kalian. dan itu tidak bisa kita sama ratakan. semoga dunia semakin menarik karenanya.

akri mengatakan...

elegi itu tidak harus diakhiri,,
cukup dinikmati sampe lo sadar baik dan tidaknya,, mungkin,, keep radical my friend,,