Rabu, 02 April 2008

tontonan haram

ada apa ini ? ada apa lagi dengan Indonesia ?. negara tempat kita menjaring kehidupan, lalu mencari penghidupan dengan bekerja. negara yang selalu memanjakan kita dengan kekayaan alamnya, tempat mengenyangkan perut-perut kosong kita dan menikmati beragam kebahagiaan. dan hamparan tanah suci ini adalah tempat ketika berjuta cinta antara kita kemudian mekar.

lalu kini kita tertawa pedih di sini, di tempat kebangaan kita. ketika kebahagiaan dan cinta kita tukar dengan perselisihan dan amarah, hingga mengobarkan rasa dengki ataupun dendam. hilanglah rasa persaudaraan diantara kita, hanya sistem kepemilikan haram yang kemudian kita agungkan. ketika orang-orang saling menikam. dan indonesiapun penuh dengan darah, mengalir merah dan segar.

dua malam telah menyalipku dari tontonan berita yang saat itu aku saksikan. tapi, hingga saat ini semuanya masih begitu segar dalam ingatanku. begitu terngiang dalam nama kendari dalam dasar tengkorakku. suatu kota di tenggara sulawesi sana, yang kemudian menjadi tempat berkumpulnya kaum murka. aku saksikan layar kaca yang kemudian menjadi mencekam. wajah-wajah manusia penuh dendam dan amarah memenuhinya. sebuah serial dari pertunjukan adu kekuasaan kelompok-kelompok manusia.

darah-darah segar seolah menjadi latar atas berita yang saat itu aku saksikan. segala jenis senjata perang pun tak ingin membiarkan peristiwa itu berlalu tanpa mereka. dari bambu runcing, senjata api laras panjang dengan diameter moncong yang begitu besar hingga kendaraan besar berlapis baja yang kemudian dinamai kendaraan anti huru-hara mondar-mandir meramaikannya. sumpah-serapah dari banyak orang yang terlibat di dalamnya kemudian memekakan telingaku. dan sempurnalah pertunjukan kekejaman itu di hadapan mataku.

ketika kaum terpelajar meminta keadilan dengan orasi kasar dan pengrusakan. ketika para pendukung fanatik berkumpul untuk mengagung-agungkan idolanya dengan cara yang anarkis. dan ketika sekelompok pasukan yang dibentuk khusus untuk menjadi pengaman masyarakat berbuat lancang dan di luar batas. kemudian aku bengitu menyayangkan karena ketika demi ketika yang aku tulis itu terjadi dalam waktu bersamaan. mereka berkumpul dan membuat onar dengan kekuatan yang tak terbendung, menciptakan kericuhan berkepanjangan yang kemudian disebut konflik. dan celakanya sang kelompok pengamanan pun terlanjur ikut menjadi golongan murka itu.

sedikit pencerahan kemudian mucul. ketika suatu kelompok terpelajar lain yang selama ini diam kemudian terpanggil untuk meluruskan segala hal ini. mereka saat itu benar-benar nampak terpelajar dan arif. membuat pernyataan maaf di depan khayalak ramai, kemudian memberi himbauan untuk menghentikan segala aktivitas kekerasan yang terlibat di sana. dan akhirnya seluruh kelompok yang bertikai itu melakukan hal yang sama. dan kedamaian mulai nampak indah di depan mataku saat itu.

tapi apa yang kemudian terjadi ?. para pelopor-pelopor penghimbau jalur damai ini, lalu mendapat teror luar biasa. kemudian diketahuilah bahwa teror yang mereka dapat tak hanya dari kelompok musuh, tapi juga dari kelompoknya sendiri, yang belum puas dengan amarahnya yang belum tertuntaskan. hingga kemudian setiap golongan tersebut menjadi terpecah dua antara pengikut jalur damai dan penggemar peperangan. dan konflik pun meledak lebih hebat. dan aku menyayangkan sekali lagi karena kelompok-kelompok pencetus jalur damai pun, menjadi peserta dari kekerasan yang kemudian terjadi, mungkin karena mereka diusik dan diteror terus menerus. hingga akhirnya mereka memilih jalur bersama bernama kekerasan!. dan hingga selesainya pemberitaan itu, aku tak tahu pasti kapan semua ini akan mereda. aku pun menjadi terlanjur muak untuk semua yang aku lihat. begitu banyak darah dan kerusakan di sana, kerusakan mental, moral dan tentu saja kerugian harta benda.

karena setiap makna yang mereka perjuankan kini terlihat telah berubah arah. lalu sebenarnya apa yang mereka cari ? pengakuan ?. jika itu yang mereka cari, aku akan dengan sangat senang hati untuk melakukan aksi provokasi bagi seluruh saudara se-Indonesiaku untuk memberi pengakuan pada setiap kelompok itu. sekalipun itu berupa pengakuan baik yang bertentangan dengan hati dan jalan pikiranku. karena jujur, menurut penilaianku semuanya terlihat tak lebih dari pertunjukan anjing-anjing jalanan yang kelaparan. menggonggong kencang, berlumur najisnya air liur mereka. dan kemudian mereka bersekutu membuat peperangan hebat dengan jenis-jenis binatang jalang lainnya. memperebutkan jatah makanan mereka atas hal bernama pengakuan. kemudian pasukan malaikat lari terbirit-birit dari tempat itu, merasa enggan untuk kembali ke tempat persekutuan binatang jalang tadi, dan iblis-iblispun kemudian tertawa bangga melihatnya. lalu adakah unsur baik disana ?.

4 komentar:

Anonim mengatakan...

Itulah 'miring' -nya Indonesia. Mengaku ber-bhinneka tunggal ika.
Tapi nyatanya? Merasa asing dengan kata 'perbedaan'.
Jangankan perbedaan suku dan agama, perbedaan secuil pendapat saja bisa sampai mengalirkan darah, bahkan sampai menerbangkan nyawa.
Sehingga, sila ke-3 Pancasila (yang konon adalah 'ruh' dalam setiap aspek kehidupan di negara ini) hanya bualan para pelaksana upacara.
Lantas, kalau filosofi yang menjadi dasar bangsa dan negara sudah tidak tercermin lagi pada perilaku penghuninya, apa yang dapat membuat negara itu dapat bertahan di masa depan?
Apa lagi yang dapat membuat sebuah bangsa itu layak disebut sebagai sebuah kesatuan?
Haruskah kita bubarkan negeri ini?

garasi kata mengatakan...

anda seorang nasionalis yang jujur, penuh etika dan berpedoman.
semuanya dibingkai dengan penalaran ketaatan yang luar biasa. kapan lagi aku mengenal teman seperti anda.
tapi coba ungkapkan perasaan itu dengan kenakalan, aku selalu menunngunya.

mari kita bahas presepsi anda, banyak orang yang setuju dengan anda. tapi ada dilema ketika sebagian lain tertawa puas dan tenggelam dalam nikmatnya sistem di negeri ini. maka cukup jalankan paradigma itu, karena ini juga merupakan 'perbedaan' yang menarik. nikmati dan kenali lebih dekat.

Anonim mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
Anonim mengatakan...

"anda seorang nasionalis yang jujur, penuh etika dan berpedoman.
semuanya dibingkai dengan penalaran ketaatan yang luar biasa. kapan lagi aku mengenal teman seperti anda.
tapi coba ungkapkan perasaan itu dengan kenakalan, aku selalu menunngunya."

Sekiranya Tuhan tidak menutupi keburukan dan kenistaan yang pernah kukerjakan, maka kamu tak akan pernah mau menuliskan kata-kata di atas...

'Perbedaan' itu akan menarik jika berada pada kondisi wajar dan seimbang. Tetapi lihat, kini perbedaan itu telah membentuk sebuah koloni, seperti parasit yang terus menggerogoti tubuh inangnya. Ya, parasit yang telah menggerogoti filosofi Pancasila.