Selasa, 24 November 2009

KARENA SAYA MUNAFIK !

Kadang saya berpikir bahwa munafik itu perlu, karena saya munafik. itulah line di akhir cerita yang di buat seorang teman maya di blognya. dan bagi saya line itu (tak kurang tak lebih) adalah brilian.

beliau mengisahkan karibnya, dimana kedua tokoh memiliki keintiman paradigma. tampil lusuh, aktivis, ganja, rokok, demonstrasi, bom molotov, revolusi, alkohol, politik kiri, pramoedya ananta toer dan marxisme. itu sekelumit pemikiran yang beliau tuliskan. ternyata memang benar kawan, bagi saya pun 'hidup itu ternyata biasa saja'. cermin diri nampak bersamaan dengan tulisan itu. saya yang biasa saja, dan kalian yang luar biasa ekstrim. membaur dalam frasa 'biasa saja' tersebut.

mungkin memang idealisme tak sepantasnya ada di muka bumi, tapi apa jadinya alam raya ini tanpa idealisme. meskipun saya bukanlah aktivis ideal ataupun prajurit revolusi yang menentang kapitalisme. begitupun sosialisme yang menurut kalian tidak memberikan solusi hidup, sayapun bukan bagian dari itu. saya hanya anak muda biasa tapi (mungkin) dengan sisi tawar paradigma yang berbeda.

saya sedikitnya menangkap anti kemapanan yang digambarkanya dalam pikiran saya. semoga siapapun yang membaca tulisan ini dapat mengerti maksud saya, karena otak saya telah begitu mendidih untuk menggambarkannya dalam bentuk tulisan. baik, saya coba nikmati rokok yang baru saja saya temukan, semoga ini menjadi stimulus saraf-saraf otak saya.

intinya adalah, aktivis-aktivis ideal itu, musisi ideal itu, penulis ideal, sutradara brilian, calon pendidik hebat. atau siapapun yang masa mudanya mendidih dengan darah-darah protes. serta kaum minoritas yang menentang semua keburukan dengan idealismenya yang kuat dimasa muda. dikemudian waktu (lebih banyak) yang terpaksa melakukan penggadaian idealisme tersebut karena segala jenis faktor yang menjadi variabel tak tentu dalam kasus ini.

saya coba mengambil contoh dari cerita beliau. seorang aktivis yang masa mudanya kenyang akan kata kritis, patuh akan kejujuran. paham terhadap moralitas dan lain sebagainya. tentu masa mudanya diabdikan untuk suatu kata kebaikan, untuk menggapai kesetaraan. untuk membela yang lemah dan memancarkan kebenaran. pada masa itu (kebanyakan) dari mereka tentu merasa anti amerika. lainya dapat anda bayangkan sendiri tentunya.

tapi dikemudian hari, semuanya bisa saja tergadai. stelan eksekutif khas amerika, dasi, jas dan lain sebagainya. handphone communicator, tipu sana tipu sini, kekuasaan lalu pendapatan di atas kebenaran bisa saja menjadi orientasi mereka. apalah daya, itu sepertinya memang tipudaya dunia.

saya yang sekarang mencicipi bangku kuliah menjadi sedikit mengerti tentang istilah 'gadai idealisme' itu. perbedaan lingkungan kuliah yang luar biasa signifikan dari masa sebelumnya, dan perasaan bahwa saya sebentar lagi dilepas dan punya tanggung jawab sendiri menjadi faktor pemicunya. mulai saya memikirkan, mau dikasih makan apa anak-bini jika tidak berlaku seperti itu. akan dapat fasilitas apa anak saya jika saya tanpa kekuasaan. berani bercerita apa sang istri jika suaminya tak mendapat pekerjaan di tempat yang menjamin. lalu semuanya tergambar dari hal-hal yang dikenakan. itu semua tentunya dari sudut pandang laki-laki, para calon suami dan calon ayah.

padahal saya tahu betul, bahwa kekuasaan menjauhkan manusia dari tempat berpijaknya. kekayaan mengelilingi peribahasa menghalalkan segala cara, menjauhkan kita dari keinginan berbagi. karena yang ada hanyalah ketamakan dari lembaran-lembaran uang. tapi bersebrangan, bangku kuliah yang saya pijaki sekarang diikuti bayang-bayang karir, uang, dan pekerjaan.

dari situ saya mulai mendapati kata MUNAFIK dalam diri saya, hanya agama yang menjadi kebaikan diantara semuanya. semoga di kemudian hari saya menjadi orang yang beragama dan agamis. dan semoga agama mengajarkan para anak dan istri untuk menjauhi segala hal tersebut, untuk berani mengambil resiko dan menjadi sedikit diantara yang baik.

ah, otak saya telah benar-benar mendidih di malam ini. meski untuk mejabarkan kata-kata dari line tulisan yang beliau tulis di blognya. benar mungkin pendapatmu "Mencoba Menulis hanyalah sebuah eksperimen seorang yang konyol untuk merepresentasikan otaknya yang kosong." saya mulai merasa kosong dimalam ini. tak bisa melafalkan apa yang otak saya dapatkan. semoga ada benang merah yang dapat diambil dari kosong ini.

perasaan ini menjalar ke segala hal, seperti fluida. meskit telah saya coba untuk memampatkanya tetap tak bisa. sekali lagi line anda memberi saya banyak nutrisi dalam otak ini.

Kadang saya berpikir bahwa munafik itu perlu, karena saya munafik.

Tidak ada komentar: